9. Yamamoto Takuya

1.6K 213 6
                                    

Takemichi membuka lemari esnya, mengambil botol kecil berisi madu dan menuangkannya di atas pancake yang baru saja ia buat. Dia memakannya dengan tenang sembari melamunkan banyak hal.

'Apa yang harus aku lakukan dulu?' pikirnya dalam hati.

"Aku sudah tidak bertemu Kaku-chan di tahun ini, itu artinya kemungkinan dia sudah bersama Izana-kun."

Takemichi kembali memotong pancake-nya, dan memakannya perlahan. "Apa yang harus aku lakukan dengan Kisaki?"

Takemichi menunduk, mencengkeram garpu di tangannya dengan erat. Dia merasa bingung. Di satu sisi, dia ingin menyelamatkan Kisaki juga. Namun disisi lain, sebagian kecil hatinya menolak untuk melakukan hal itu saat dia mengingat semua kekacauan yang dilakukan olehnya.

Takemichi segera meludahkan pancake yang baru saja masuk ke mulutnya saat dia tiba-tiba merasa sesuatu akan keluar. Anak laki-laki bermata biru itu segera turun dari kursi dan berlari ke kamar mandi.

Tangannya berpegang pada sisi wastafel, mulutnya terasa pahit. Sesuatu seakan ingin keluar dari tenggorokannya bersamaan dengan ingatan tentang kematian semua orang di timeline sebelumnya.

Tangannya mencengkeram erat pinggiran wastafel. Perutnya mual, namun tak ada apapun yang bisa ia muntahkan. Tangannya terulur guna mengusap hidungnya saat dia merasa ada sesuatu yang mengalir. Mata birunya terbelalak, dia mendongak untuk menatap dirinya sendiri di cermin.

Wajahnya terlihat pucat, dan dia mimisan. Darah yang keluar dari hidungnya itu seakan memperparah semuanya karena mengingatkan dia pada kematian.

Hinata yang berlumuran darah saat terjebak di dalam mobil.

Ryuguji Ken yang ditusuk.

Darah hangat yang keluar dari kepala Mikey yang tertembak.

Izana dan Kakucho yang berbaring bersama di atas darah mereka.

Kematian Kisaki.

Mikey menembaknya di dada.

Draken yang menerima peluru untuknya.

Mata kosong Mikey saat tengah memukulinya dengan brutal.

Dan terakhir adalah darahnya sendiri, saat dirinya tertusuk katana Sanzu.

Ingatan-ingatan itu memaksa kembali satu persatu. Tubuhnya sedikit oleng, dan dia hampir jatuh saat turun dari kursi kecil yang ia naiki. Nafasnya sesak, kepalanya terasa sakit dan perutnya kembali mual. Dia meremat kuat dadanya kala rasa sakit dan kesedihan bercampur menjadi satu.

Tubuhnya ia sandarkan di dinding sembari berusaha mengatur nafasnya. Mata birunya mengeluarkan air mata, bibirnya ia gigit erat.

"Hentikan," lirihnya.

"Tidak lagi, tolong."

Dia terus merintih, menarik-narik rambutnya agar kenangan-kenangan buruk itu pergi.

"Maaf, maafkan aku. Semua salahku."

Takemichi merasakan pandangannya memburam. Satu nama keluar dari bibirnya di sisa kesadarannya.

"Mi-key."
.
.
.
"Ack!"

Mikey meringis saat gelas di tangannya terjatuh dan pecahannya melukai kaki. Keningnya berkerut, perasaannya tidak tenang.

"Manjiro, ada ap- astaga! Apa yang terjadi?"

Shinichiro bergegas menghampiri adiknya saat dia melihat banyak pecahan gelas di lantai. Shinichiro mengangkat Mikey dan mendudukkannya di kursi. Mikey hanya diam selama kakaknya membereskan pecahan gelas di lantai.

Restart (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang