41. Don't Touch Him!

749 98 3
                                    

Dia sebuah gudang tak terpakai, suara pukulan terdengar tanpa henti. Tubuh orang-orang dengan seragam geng berwarna hitam-putih tergeletak tak bergerak di lantai.

Seorang laki-laki bersurai putih berdiri di tengah-tengah ruangan. Tangannya terus memukul sosok pemimpin geng itu. Tangannya berlumuran darah, begitu juga dengan wajah dan seragam geng lama berwarna putih yang ia kenakan. Obsidian ungunya menatap datar pada sosok yang sudah tak bisa dikenali wajahnya.

Laki-laki itu baru melepaskan orang di tangannya setelah merasa puas. Dia mengambil satu lolipop dari saku, membuka bungkusnya lalu mulai memakannya.

"Berani sekali kau melukai bayiku!" ucapnya dingin walaupun dia tahu tidak akan ada yang mendengar karena semua yang ada di sana sudah tergeletak pingsan. Laki-laki bersurai putih itu melirik dari sudut matanya, menatap seorang Beta laki-laki yang memperhatikannya sejak tadi.

"Apa yang kau lakukan disini, Haruchiyo?"

Haruchiyo melangkah perlahan, mengabaikan pemandangan di sekitarnya dan berdiri di depan si surai putih.

"Aku kemari untuk membereskan mereka karena sudah melukai Hanagaki. Tapi-" Sanzu menjeda kalimatnya. "sepertinya semua sudah selesai, Wakasa-san?"

"Tidak perlu repot-repot, aku bisa membereskan mereka sendiri." Wakasa melangkah keluar dari gedung lama itu diikuti Sanzu di belakangnya.

"Bagaimana kau bisa ada disini, Wakasa-san?"

"Emma yang memberitahuku tentang keadaan Takemichi."

Sebelumnya, Wakasa memang akan pergi ke rumah Shinichiro untuk mengikuti acara menginap. Akan tetapi, saat dia sampai tidak ada satupun yang terlihat selain Emma yang tengah duduk gusar di sofa. Emma memberitahu Wakasa jika Takemichi masuk ke rumah sakit karena mendapat pukulan di kepala.

Wakasa yang khawatir langsung menghubungi Shinichiro untuk memastikan semuanya. Dan saat Shinichiro menceritakan apa yang terjadi, Wakasa segera meminta Shinichiro untuk memberitahunya geng mana yang berani melukai Takemichi. Awalnya Shinichiro melarangnya untuk pergi, akan tetapi Wakasa tetap keras kepala. Shinichiro hanya bisa mengalah dan memberitahu nama gengnya. Setelah mendapat informasi itu, Wakasa segera mencari markas mereka dan menghabisi hampir tujuh puluh orang yang ada di sana sendirian.

Sanzu mendengarkan dalam diam, masih mengekor di belakang White Leopard. Wakasa menghentikan langkahnya saat merasakan ponselnya bergetar. Dia menatap nama di ponsel itu lalu segera mengangkatnya.

"Halo, Shin. Ada apa? Aku sudah selesai."

Wakasa tertegun di tempat mendengar perkataan Shinichiro di seberang telepon. Senyum tipis tersungging di bibirnya saat dia menjawab.

"Baik, aku akan kesana sekarang juga."

Wakasa menutup panggilan itu dan memasukkan kembali teleponnya ke dalam saku. Dia lalu menoleh ke belakang untuk menatap Sanzu yang masih ada disana.

"Takemichi sudah baik-baik saja. Apa kau ingin ikut ke rumah sakit?"

Sanzu menggeleng. "Tidak, aku akan kembali saja."

"Kau membawa motor?"

"Ya."

Sanzu berbalik untuk meninggalkan Wakasa. Akan tetapi, baru beberapa langkah berjalan Wakasa tiba-tiba menghentikannya.

"Takeomi ingin kau pulang, Haruchiyo."

Sanzu berdiri diam di tempatnya. Dia mengepalkan kedua tangannya erat, menarik nafas pelan lalu melepaskan kepalan tangannya. "Akan kupikirkan."

Sanzu pergi dari tempat itu, meninggalkan Wakasa yang hanya menatapnya dalam diam.

***

B

eberapa saat sebelumnya.
Di rumah sakit...

Dokter akhirnya keluar setelah tiga jam. Mikey segera menghapus air matanya dan mendekat pada Dokter begitu pula yang lain.

"Dokter, bagaimana keadaannya?"

Dokter laki-laki itu memandangi sekumpulan anak-anak di depannya sebelum menjawab.

"Pukulannya cukup kuat, harusnya akan menimbulkan efek samping yang berbahaya. Tapi anehnya anak itu baik-baik saja. Tidak ada luka serius kecuali luka luar. Kami bahkan harus mengeceknya selama hampir tiga jam untuk memastikan dia baik-baik saja. Singkatnya, ini mungkin keajaiban. Anak itu sudah baik-baik saja sekarang," ucap sang Dokter sembari tersenyum tipis.

Yang lain tak bisa menahan perasaan bahagia mereka, terutama Mikey. Anak itu menutup mulutnya menggunakan tangan untuk menahan isak tangis. Air matanya kembali mengalir, namun kali ini karena dia merasa sangat bahagia saat mengetahui jika Takemichi baik-baik saja.

"Syukurlah." Shinichiro menghela nafas lega. "Apakah kami boleh melihatnya?"

"Tentu. Tapi pasien harus dipindahkan ke ruang rawat terlebih dahulu."

Shinichiro mengangguk singkat. Mikey terus memandangi Takemichi saat brankar itu di bawa ke ruang rawat. Yang lain menyusul di belakang, begitu juga Shinichiro. Si sulung Sano itu mengirimkan pesan pada Emma tentang keadaan Takemichi, lalu menyuruhnya untuk datang besok saja karena sekarang sudah malam. Selesai mengabari Emma, Shinichiro lalu mencari kontak Wakasa dan segera menelponnya. Dia sedikit khawatir saat mendengar jika Wakasa ingin memberikan pelajaran pada geng yang sudah melukai Takemichi.

"Halo, Waka. Apa kau baik-baik saja? Sudah selesai?"

Shinichiro menghela nafas lega mendengar jawaban Wakasa.

"Takemichi sudah baik-baik saja dan sekarang akan dibawa ke ruang rawat."

Shinichiro mengangguk pelan saat mendengar jika Wakasa akan datang ke rumah sakit. Shinichiro menyuruhnya untuk berhati-hati sebelum akhirnya mematikan sambung telepon.

Karena Dokter tidak melarang, semua anggota Toman ikut masuk kedalam. Akan tetapi, mereka tetap menjaga ketenangan agar tidak menganggu Takemichi.

"Walaupun keadaannya sudah baik-baik saja, tapi saya akan tetap mengeceknya secara berkala untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan." Dokter mengecek Takemichi untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya keluar dari sana bersama perawat di belakangnya.

Shinichiro menatap adiknya yang kini sudah duduk di kursi di samping Takemichi sembari terus menggenggam tangan si mata biru. Dia lalu mengalihkan pandangannya pada Izana di sana.

"Izana, pulanglah bersama Kakucho untuk menjaga Emma dan Kakek. Kau bisa menggunakan kamarku, Kakucho."

"Ya, Shin-nii."

Shinichiro tersenyum tipis, lalu menatap teman-teman Mikey yang sejak tadi hanya diam.

"Kalian juga, anak-anak. Pulanglah, ini sudah malam. Kalian bisa datang kesini lagi besok."

Semuanya mengangguk pada Shinichiro, akan tetapi Kazutora tidak mengatakan apapun dan hanya memandang Takemichi yang masih belum sadar. Shinichiro mendekat pada anak itu, berlutut di depannya lalu mengusap pelan kepala Kazutora.

"Jangan khawatir, Kazutora. Takemichi sudah baik-baik saja sekarang. Lebih baik kau pulang bersama yang lain untuk beristirahat, oke?"

Kazutora memandang ragu pada Shinichiro. Dia mengepalkan tangannya erat sebelum akhirnya mengangguk pelan.

Kecuali Shinichiro dan juga Mikey yang menjaga Takemichi, samua orang berjalan keluar dari ruang rawat untuk pulang ke rumah. Kazutora menoleh ke belakang sekali lagi, menatap Mikey dengan mata berkaca-kaca.

"Maaf .... Maafkan aku karena tidak bisa melindunginya, Mikey."
.
.
.
Tbc...
18 Juli 2024

Restart (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang