47. I'm Yours

1.1K 142 10
                                    

Shinichiro duduk di kursi pendek, memastikan sekali lagi jika motor di depannya sudah benar-benar selesai. Alpha bersurai hitam itu mendongak, menatap Wakasa yang sejak tadi menonton dirinya.

"Coba nyalakan motornya, Waka."

Wakasa mengangguk, memutar kunci dan menyalakan motornya. Shinichiro tersenyum puas saat melihat motor itu menyala. Hanya perlu sedikit percobaan untuk memastikan semua benar-benar selesai.

Pintu bengkel dibuka, membuat Shinichiro dan juga Wakasa menoleh. Keduanya menatap terkejut melihat siapa yang datang.

"Takemichi!"

Takemichi tersenyum, "Halo Shin-nii, Waka-nii."

Wakasa berjalan cepat ke arah Takemichi dan memeluknya. Takemichi tertawa kecil dan membalas pelukan itu. "Bagaimana kabarmu, Waka-nii."

"Mn, baik." Wakasa menjawab.

Takemichi bisa melihat jika Wakasa sudah mengecat rambutnya. Itu ungu dan pirang, yang mengingatkannya pada sosok Wakasa yang ada di Brahman.

Shinichiro membersihkan tangannya sebelum akhirnya ikut bergabung dengan tiga orang yang sudah duduk di sofa.

"Kapan kau kembali, Takemichi?" tanya Shinichiro.

"Beberapa jam yang lalu," jawabnya.

"Kenapa kau tidak mengabari jika akan kembali?"

"Aku hanya ingin memberikan kejutan, hehe...."

"Jangankan kau. Aku saja tidak diberitahu!" Mikey merosot di sofa, memasang wajah cemberut sembari memainkan dorayaki di mulutnya.

Takemichi meringis, menepuk pelan kepala Mikey. "Maaf."

"Hmp! Akan kumaafkan jika kau menginap."

"Bukankah kau sudah mengatakan hal itu sebelumnya?"

"Aku hanya mengingatkanmu lagi. Siapa tahu kau menolak."

"Memangnya aku bisa menolaknya?"

"Tentu saja tidak!"

"Kalau begitu kenapa kau khawatir?"

Takemichi kembali tertawa. Shinichiro tersenyum tipis, menggeleng pelan melihat Mikey yang masih saja bersikap seperti anak kecil.

Takemichi menghabiskan sisa hari itu di bengkel Shinichiro dan baru kembali saat sore hari. Takemichi menyapa Mansaku yang sudah ada di rumah, lalu masuk ke dapur untuk membantu Emma memasak makan malam. Izana sendiri sudah dikabari oleh Emma jika Takemichi kembali, tetapi laki-laki itu harus mengurus sesuatu yang penting di geng sehingga dia belum bisa pulang.

Selesai makan malam, Mikey segera menyeret Takemichi ke kamarnya. Si pirang bermata biru masih bisa mendengar suara Shinichiro yang mengingatkan Mikey untuk tidak macam-macam padanya yang membuat Takemichi tersipu.

Mikey segera mengunci pintu kamar setelah mereka berdua masuk sebelum akhirnya membaringkan Takemichi di kasur dan memeluknya erat.

"Aku merindukanmu," bisiknya di leher Takemichi. "Aku benar-benar merindukanmu. Sial! Tahukah kau jika aku hampir gila hanya karena kau tidak mengirimiku pesan sejak kemarin? Aku bahkan berpikir jika kau meninggalkanku dan pergi bersama orang lain."

Takemichi tertegun sejenak. Dia lalu tersenyum tipis dan mengelus surai pirang Sano Manjiro.

Mikey dan segala keposesifannya.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Mikey. Kau tahu itu."

Takemichi berbaring miring, memeluk balik Mikey dan menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher si pirang

"Aku tahu." Mikey memejamkan matanya dan memeluk Takemichi dengan erat. "Tapi pikiran itu selalu menghantuiku saat kau tidak ada."

Takemichi tidak membalas. Dia sangat paham jika Mikey hanya takut kehilangan seseorang lagi. Mikey memang selalu posesif dengan apa yang menjadi miliknya.

"Bagaimana kabar Toman? Kazutora?" Takemichi bertanya setelah beberapa saat hening.

"Kazutora maupun Toman, semuanya baik-baik saja." Mikey mencium surai Takemichi yang beraroma seperti miliknya karena Takemichi memang menggunaan samponya.

"Tapi seperti yang kau katakan, ada beberapa hal yang tetap terjadi seperti dulu walaupun tidak sama persis."

"Apa itu?"

Mikey hanya diam selama beberapa saat. Dia menarik nafas pelan dan menjawab, "Ingat tentang pacar teman Pah yang membuat kita bertarung dengan Moebius?"

"Hm?"

"Kali ini itu juga terjadi. Bedanya, yang menjadi korban bukan teman Pah dan pacarnya, tapi Yumi."

Takemichi terkesiap. Dia segera melepaskan pelukannya dan menatap kaget pada si pirang.

"Yumi? Maksudmu Yumi Mori? Yang bersama Pah saat kita bertemu dengannya dulu?"

"Ya, dia."

"La-lau, bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja? Bagimana dengan Pah-"

"Tenang, Takemichi." Mikey mengelus pelan pipi Takemichi saat dia melihat anak itu mulai ketakutan.

"Jangan khawatir, oke? Aku sudah menyuruh Sanzu untuk mengurusnya tepat waktu. Yumi baik-baik saja, tetapi Pah sangat marah. Itulah sebabnya Toman akan mengadakan rapat besok malam untuk membahas hal ini."

Takemichi akhirnya bisa bernafas lega. Dia baru akan berbicara lagi sampai tiba-tiba Mikey kembali memeluknya dan meletakkan hidungnya di leher Takemichi yang membuatnya tersipu.

"Mi-Mikey!"

Mikey bergumam pelan, menyeret hidungnya di sepanjang leher Takemichi sampai akhirnya berhenti di tengkuk. Tangannya terulur untuk mengelus kelenjar Omega, membuat si mata biru menegang.

"Sial!" Mikey mengumpat pelan, menempelkan hidungnya di kelenjar Omega Takemichi untuk menghirup aromanya.

"Baumu lebih manis daripada dua tahun lalu, Takemitchy."

Takemichi meremat lengan baju Mikey. Wajahnya terasa panas, tubuhnya meremang saat Mikey terus menggesekkan hidungnya di leher belakang.

Hal seperti ini biasanya akan membuat Omega ketakutan dan waspada karena kelenjar mereka adalah tempat yang sangat sensitif dan tidak boleh disentuh sembarangan. Tetapi Takemichi tidak merasakan apapun kecuali perasaan gugup dan senang. Batin Omeganya merasa sangat nyaman, apalagi saat hidungnya juga bisa mencium aroma Alphanya.

Mikey terus menempel pada Takemichi sembari sesekali mengecup pelan kelenjar Omega.

"Takemitchy." Mikey berbisik dengan suara rendahnya, menjauh dari leher Takemichi agar bisa menatap wajah si mata biru.

"Takemitchy-ku. Milikku. Tidak ada yang boleh mengambilmu dariku."

Mikey terus berbisik, menatap Takemichi dengan mata hitamnya yang seakan tak berdasar. Takemichi menelan ludahnya gugup, tapi dia sama sekali tidak menolak kedekatan mereka.

Karena sejujurnya Takemichi menyukai hal ini.

Dia suka saat mata itu menatapnya posesif. Baginya, itu lebih baik daripada sepasang mata hitam yang kosong.

Takemichi selalu menyukai apa yang ada pada Mikey. Dia suka saat Mikey menyatakan klaim-nya. Dia suka saat mendengar Mikey mengatakan jika dia adalah miliknya.

Tangannya sedikit gemetar saat terulur untuk memegang wajah Mikey. Takemichi terus menatapnya dengan wajah memerah, senang dan gugup.

"Aku milikmu," bisiknya. "Aku hanya milikmu dan akan selalu seperti itu."

Takemichi bersumpah jika dia melihat mata hitam Mikey berkilat merah sesaat. Belum sempat mengatakan sesuatu, Mikey sudah mendekatkan wajahnya, mencium lembut bibir Takemichi.
.
.
.
Tbc...
24 Juli 2024

Restart (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang