40. Everything is Fine

801 135 19
                                    

Mikey menunduk, memandangi lantai rumah sakit dengan tatapan kosong. Semua yang ada di sana merasa tegang karena Dokter belum keluar sejak dua jam yang lalu.

Setelah Chifuyu berhasil menghentikan Mikey dari membunuh orang yang melukai Takemichi, mereka bergegas pergi ke rumah sakit. Mikey sendiri hanya diam melamun dengan tatapan kosongnya.

Tak ada suara apapun kecuali isakan kecil yang keluar dari mulut Chifuyu. Karena tak tega melihat Chifuyu yang menangis, Baji terus memeluknya sejak mereka sampai.

Izana sudah mengabari Emma apa yang terjadi dan gadis itu memaksa ingin datang ke rumah sakit. Untung saja Shinichiro berhasil membujuk adiknya, berjanji akan selalu memberi kabar terbaru. Shinichiro memijat keningnya pelan, lalu menoleh untuk melihat anak-anak di sana.

Dia menatap Chifuyu yang meringkuk di pelukan Baji, Kazutora yang terus bergumam 'maaf', lalu mengalihkan perhatiannya pada adiknya yang hanya diam sejak tadi. Tangannya masih kotor oleh darah dan mungkin juga terluka karena terus digunakan untuk memukuli orang. Shinichiro menatap sekeliling, lalu menghampiri seorang perawat yang lewat dan meminta beberapa obat juga perban bersih untuk mengobati Mikey. Dia sudah belajar banyak tentang merawat orang saat dia merawat Mikey, jadi tak perlu perawat untuk mengobati adiknya.

Berterimakasih pada perawat wanita itu, Shinichiro lalu berlutut di depan Mikey dan mengambil tangannya. Tak ada reaksi apapun dari Mikey yang membuat Shinichiro khawatir. Akan tetapi, dia berusaha tetap fokus untuk mengobatinya. Shinichiro membersihkan noda darah di tangan Mikey, memberikan obat lalu membalut tangannya dengan perban. Hanya ada keheningan selama proses itu. Yang lain hanya mengamati keduanya dalam diam.

Selesai mengobati Mikey, Shinichiro mendongak untuk menatap adiknya yang terus menatap kosong. Tangannya terulur untuk menghapus noda darah di pipi adiknya.

"Manjiro," panggilnya pelan. Shinichiro semakin khawatir karena tak ada respon apapun dari adiknya. "Hei, lihat aku."

Shinichiro menangkup kedua pipi Mikey dan menatapnya lekat. Shinichiro merasa ingin menangis melihat keadaan adiknya yang kacau. "Jangan khawatir, oke? Takemichi pasti akan baik-baik saja."

Tak ada sahutan apapun dari Mikey. Shinichiro terus menatapnya, tangannya mengusap pelan pipi sang adik. Tiba-tiba, tangan Shinichiro ditarik oleh Chifuyu dan suara tamparan menggema di lorong sunyi itu. Semua menatap kaget pada Chifuyu yang baru saja menampar Mikey hingga wajah pemimpin Toman itu menoleh ke samping.

"Chifuyu!" Baji mendekat padanya. "Apa yang kau lakukan?"

"Diam, Baji-san!" Chifuyu menatapnya tajam yang membuat Baji terkejut. Mengabaikan sosok di sampingnya, Chifuyu meraih kerah baju Mikey dan menariknya dengan kuat.

"Jangan bertingkah bodoh Sano Manjiro," ucapnya dingin. "Kau pikir Takemichi mencoba berkali-kali hanya untuk melihatmu seperti ini, hah? Kau pikir Takemichi ingin melihatmu tenggelam di kegelapan lagi? Jawab Mikey! JAWAB AKU SIALAN!"

Semuanya kaget mendengar teriakan Chifuyu. Baji kembali mendekat, meminta Chifuyu agar melepaskan Mikey. Namun Chifuyu justru menatapnya dingin dan menyuruhnya untuk diam di tempat. Shinichiro sepertinya paham dengan apa yang ingin Chifuyu lakukan sehingga dia hanya diam. Shinichiro tahu adiknya hanya memerlukan sedikit dorongan agar dia mau melepaskan semuanya.

"Tatap aku, Mikey!" Chifuyu menarik Mikey kuat sehingga wajah mereka berhadapan. Mikey mendongak pelan, masih menatap Chifuyu dengan mata hitamnya yang kosong.

"Ini kesempatan terakhir, kan? Kalau begitu tunjukkan jika kau benar-benar ingin merubah semuanya, brengsek. Berhenti bersikap seolah-olah kau sendirian, bajingan! Kau punya banyak teman yang akan selalu bersamamu. Jika kau merasa tidak sanggup, bagikan samua bebanmu pada mereka, sialan! Kau ingin Takemichi melihatmu seperti ini lagi, hah?"

Chifuyu terus menatap Mikey. Semakin dia berbicara, suaranya terdengar semakin gemetar. Air matanya terus mengalir tanpa henti saat dia kembali mengingat perjuangan partner-nya dan juga kematiannya.

Mikey berkedip, pupilnya bergetar pelan. Chifuyu melepaskan cengkeraman pada baju Mikey, mendorong tubuhnya sehingga punggung Mikey menabrak tembok lalu menarik nafas panjang guna menenangkan diri.

"Lepaskan saja, Mikey," Chifuyu berbisik pelan, masih menatap Mikey.

"Kau hanya perlu melepaskan semuanya, Mikey. Katakan bagaimana perasaanmu, menangis saja jika kau ingin menangis. Takemichi benci melihatmu yang selalu berusaha kuat hanya karena kau pemimpinnya. Takemichi benci melihatmu menanggung semuanya sendirian."

Chifuyu menggigit bibirnya kuat, kedua tangannya mengepal erat. "Berhenti bersikap seolah-olah kau baik-baik saja."

Shinichiro yang melihat perubahan ekspresi di wajah adiknya segera menghampirinya. Dia berdiri di depan Mikey, membawanya ke dalam pelukan.

"Tidak apa-apa, Mikey. Lepaskan saja." Shinichiro mengecup pucuk kepala Mikey dan mengelusnya pelan. "Chifuyu benar, Manjiro. Menangis saja jika kau memang ingin menangis. Kau tidak akan menjadi lemah hanya karena mengeluarkan air mata."

Shinichiro bisa merasakan tubuh adiknya bergetar pelan. Sepasang tangan tiba-tiba memeluk pinggangnya erat. Shinichiro tertegun sejenak sebelum akhirnya tersenyum tipis. Dia semakin mengeratkan pelukanya saat isikan kecil mulai terdengar.

"Bagus sekali, Manjiro. Keluarkan saja, tak apa."

Dengan kalimat terakhir itu, pertahanan Mikey akhirnya hancur. Dia memeluk kakaknya erat, menangis meraung-raung sembari mengatakan jika dia takut terjadi sesuatu pada Takemichi. Mikey takut kehilangannya lagi, Mikey takut jika semua akan terulang kembali.

Shinichi mengabaikan bajunya yang basah oleh air mata, membiarkan Mikey terus menangis agar dia tenang. Chifuyu kembali ke pelukan Baji karena sudah tak bisa lagi menahan perasaannya. Baji sendiri tidak mempermasalahkan hal itu. Dia kembali membawa Chifuyu untuk duduk di kursi. Tangan kanannya ia gunakan untuk memeluknya, sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan Kazutora yang tak berhenti gemetar sejak tadi.

Laki-laki dengan tato harimau di lehernya itu tak berani menatap Mikey. Dia merasa sangat bersalah karena tidak bisa melindungi Takemichi. Seandainya saja dia lebih waspada pasti Takemichi tidak perlu mengorbankan diri untuk melindunginya. Tangannya meremat tangan Baji kuat, dengan mata yang terus memandang pintu tempat Takemichi tengah ditangani.

Izana memalingkan wajahnya ke arah lain saat melihat Mikey mulai menangis. Para pendiri Toman juga melakukan hal yang sama karena tak tega melihat pemimpin mereka yang begitu hancur.

Sekarang, bukan hanya isakan Chifuyu yang terdengar di lorong itu, tapi juga tangisan Mikey yang sudah tak bisa lagi menahan perasaannya.
.
.
.
Tbc...
17 Juli 2024

Hmmm... Gimana? Dapet nggak sedihnya?

Restart (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang