51. Wound

745 109 8
                                    

Mikey memandang tak terkesan pada tubuh Osanai yang tergeletak di bawah.

"Toman adalah milikku. Selama aku ada di belakang mereka, Toman tidak akan kalah!"

Suasana terasa mencekam bagi anggota Moebius. Mereka mundur tanpa sadar, merasakan ketakutan saat melihat mata hitam Mikey yang tak terkalahkan.

"Sepertinya aku kelepasan," Mikey bergumam pelan, menoleh pada Takemichi.

"Takemitchy."

Draken menghela nafas panjang, sementara Takemichi tersenyum saat Mikey menatapnya. Dia benar-benar merasa puas melihat Osanai sekali lagi kalah hanya dengan satu tendangan dari Mikey.

"Kalau begitu biarkan aku yang melakukannya lain kali!" Takemichi mendekat, berbicara dengan semangat.

Mikey tertawa kecil. "Kau bisa?"

"Jangan meremehkanku! Aku masih tetap berlatih walaupun aku tidak belajar di Dojo lagi." Takemichi tersenyum bangga.

"Kenapa kau jadi sombong seperti Mikey, Takemichi?" Draken menggelengkan kepalanya pelan, tersenyum tipis.

"Hah? Entahlah." Takemichi tertawa, begitu juga dengan Draken. Tanpa semua orang sadari, Osanai yang tadi pingsan kini mulai bangun. Dia meraih pecahan botol di sampingnya, menatap marah pada Mikey.

Draken yang melihat hal itu berteriak kaget. "MIKEY!"

"Mati kau, Mikey!"

Osanai berlari ke arah Mikey dengan pecahan botol di tangan. Melihat itu, Draken bergegas pergi untuk menghentikannya. Akan tetapi, sebelum Draken sempat mendekat Takemichi sudah memberikan tendangan telak ke wajah Osanai. Tubuh pemimpin Moebius itu terlempar, jatuh tergeletak di tanah.

Mikey tersenyum bangga, sementara Takemichi memasang wajah dingin. Osanai terbatuk, memegangi wajahnya yang berdarah.

"Menjadi berandalan bukan berarti kau bisa seenaknya, Osanai. Melecehkan perempuan, apalagi seorang Omega. Kau benar-benar brengsek!" Takemichi berujar dingin.

"Itulah sebabnya kau kalah hari ini."

Lagi-lagi, anak buah Osanai mundur ketakutan. Mereka tidak menyangka jika seorang Omega bisa menghajar pemimpin mereka.

"DENGAR, KALIAN SEMUA!" Takemichi berteriak, menatap orang-orang di hadapannya. Mikey sendiri hanya diam memperhatikan, membiarkan Takemichi mengambil alih.

"Osanai sudah dikalahkan oleh Mikey. Mulai hari ini Moebius akan bergabung dengar Toman! Jika ada yang keberatan, maju sekarang juga!"

Tak ada satupun yang berani bergerak dari tempatnya. Peh-yan sendiri menatap tak percaya pada Takemichi, kaget dan juga kagum.

Tiba-tiba, suara sirine polisi terdengar. Tempat itu segera riuh, saling menatap satu sama lain.

"Polisi?"

"Sial! Ada polisi."

"Ayo cepat pergi!"

"Polisi? Apa mereka juga ingin merayakan kemenangan kita?" Peh-yan tersenyum lebar, sementara Mikey tertawa melihatnya.

"Hei, Moebius!" Panggil Draken saat para anggota Moebius mulai pergi. "Bawa pemimpin kalian juga."

"Ba-baik!"

"Ayo pergi, Takemitchy!" Mikey menyeret Takemichi yang hanya menurut.

"Tunggu, Mikey-"

Takemichi segera melepaskan tangan Mikey saat dia baru mengingat sesuatu. Sepertinya Mikey juga melupakannya karena terlalu fokus dengan Osanai. Mata birunya terbelalak kaget saat melihat Pah yang sudah berlari menuju Osanai dengan sebuah pisau di tangannya.

"JANGAN, PAH!"

Pah terkesiap, tangannya yang memegang pisau gemetar. Dia menatap Takemichi yang berteriak, meringis saat pisaunya menancap di punggung tangannya.

"APA YANG KAU LAKUKAN, PAH!" Peh-yan berteriak kaget.

"Ta-takemichi?" Pah segera menarik pisau itu, melemparnya asal.

Mikey yang melihat itu bergegas mendekat diikuti Draken dan juga Peh-yan. Dia menatap tangan Takemichi, dalam hati merutuki dirinya sendiri karena melupakan hal ini.

"Jangan melakukan hal bodoh, Pah." Takemichi berujar pelan, tersenyum tipis pada Pah-chin.

"Jika dia mati, semua hanya akan semakin kacau."

Pah-chin menatap Takemichi dengan mata berkaca-kaca. Tangannya gemetar dengan wajah penuh penyesalan.

"Takemichi. Ma-maaf, maafkan aku."

Suara sirine polisi yang semakin mendekat membuat mereka kembali sadar. Takemichi meringis, menatap Mikey hanya diam sejak tadi. Takemichi bisa melihat raut ketakutan dan juga penyesalan di wajahnya.

"Mikey." Panggilnya pelan. "Kita harus segera pergi."

Saat itulah Mikey kembali sadar. Dia menatap Takemichi dalam diam sebelum akhirnya memalingkan pandangan pada Moebius.

"Bawa bos kalian pergi! Peh kau bersama Pah, Kenchin, ambil pisaunya. Kita pergi dari sini."

Para anggota Moebius mengangguk patuh dan segera membawa Osanai pergi. Mikey membawa Takemichi yang sudah pucat ke gendongannya, sementara Draken mengambil pisau Pah yang tadi di lempar.

Mereka segera pergi dari tempat itu satu persatu. Mikey meletakkan Takemichi di jok belakang sebelum akhirnya dia ikut naik. Untung saja Takemichi membonceng Mikey saat kemari, jadi mereka tidak perlu bingung tentang motor yang bisa tertinggal.

Mikey segera menyalakan motornya, melaju dengan cepat diikuti oleh yang lain. Dia harus segera membawa Takemichi ke rumah sakit. Mikey memegang stang motor dengan erat saat jantungnya berpacu dengan cepat. Tanpa dia sadari, matanya mulai berkaca-kaca saat dia memikirkan banyak hal buruk yang mungkin saja terjadi pada Takemichi.

Di sisa kesadarannya, Takemichi masih bisa sadar untuk mengetahui jika Mikey tengah mencemaskannya. Tangan kanannya yang terluka sudah mati rasa, namun dia tetap berusaha mengangkat kedua tangannya yang gemetar untuk memeluk pinggang Mikey. Takemichi menyandarkan kepalanya di bahu Mikey, memejamkan matan kala pusing menyerang.

"Jangan takut, Mikey," bisiknya pelan. "Aku masih di sini, aku baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja."

Mikey mengigit bibirnya, tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia hanya terus melaju dengan cepat agar mereka segera sampai ke rumah sakit.

Saat mereka sampai di rumah sakit, Mikey tidak repot-repot untuk memarkirkan motornya dengan benar. Dia segera membawa Takemichi yang sudah pingsan ke pelukannya, berlari masuk ke rumah sakit sembari memanggil petugas medis.

Takemichi segera dibawa untuk diobati, sementara Mikey menunggu di depan bersama tiga orang lainnya. Pah-chin yang melihat Mikey berdiri diam segera mendekat. Dia berdiri di depan Mikey, membungkuk dengan kedua tangan di belakang punggung.

"Maaf .... Maafkan aku, Mikey." Pah terus membungkuk, meminta maaf dengan suara gemetar.

Mikey meliriknya, menarik nafas pelan guna menenangkan diri sebelum akhirnya menepuk pundak Pah. Daripada menyalahkan Pah, dia lebih menyalahkan dirinya sendiri karena lalai.

"Katakan itu pada Takemitchy."

Pah-chin mendongak, menatap kaget saat melihat Mikey yang tidak memarahi atau memukulnya. Dia justru melihat Mikey tersenyum tipis padanya. Tetapi, senyum itu tak bertahan lama karena Mikey tiba-tiba memasang wajah dingin.

"Kuharap kau tidak melakukan tindakan bodoh seperti itu lagi, Pah!"

Pah-chin kembali membungkuk, mengangguk paham. Dia jelas tahu kesalahannya.

"Maaf, Mikey."
.
.
.
Tbc...
30 Juli 2024

Restart (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang