57. The Show

799 111 12
                                    

Hai!

Ada yang masih nungguin?(ㆁᴗㆁ✿)

*
*
*

Keesokan harinya, Takemichi pergi untuk menjenguk Draken. Ini masih pagi dan para kapten serta wakil kapten yang lain baru akan datang siang nanti.

"Bagaimana kabarmu, Draken?"

Draken tersenyum tipis, menatap Takemichi yang mendekat padanya.

"Aku baik-baik saja. Ini bukan apa-apa."

Takemichi menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan, "Jangan melakukan hal itu lagi, Draken."

"Apa?" Draken terdiam mendengar perkataan Takemichi.

"Aku berterimakasih, sungguh. Tapi aku tidak suka melihat temanku terluka."

Draken mengerutkan keningnya, menatap Takemichi yang tengah melihat pemandangan di luar jendela dengan pandangan kosong. Terkadang, Draken bingung melihat sikap Takemichi. Di satu saat Takemichi akan menjadi sosok periang dan tak kenal putus asa. Tetapi, ada juga saat dimana Draken melihat Takemichi sedikit linglung seperti saat ini. Draken juga selalu dibuat bingung saat melihat Takemichi yang sangat bersikeras untuk melindungi semua orang di Toman, bahkan terkadang dia sampai mengabaikan keselamatannya sendiri.

Menarik napas pelan, Draken bangkit perlahan dan berdiri di samping Takemichi yang masih melamun. "Jangan mengatakan hal seperti itu, Takemichi."

Takemichi tersentak, menatap Draken di sampingnya yang tengah memandang langit biru.

"Sejak aku bertemu denganmu, kau selalu saja menanggung semua sendiri. Bahkan, diantara pendiri Toman yang lain kau selalu menjadi orang yang rela melakukan apapun asalkan kami baik-baik saja."

Draken berhenti berbicara. Dia lalu menoleh pada Takemichi. "Kau dan Mikey itu sama. Kalian sama-sama suka menanggung semua beban sendirian. Satu untuk semua, dan semua untuk satu, itulah Toman. Jangan terlalu membebani diri kalian."

Pupilnya bergetar pelan. Mata biru itu menatap Draken lekat sampai akhirnya air mata mulai berkumpul, mengalir melalui pipinya. Draken masih tersenyum pada Takemichi.

"Kami di sini, kita akan saling menjaga satu sama lain. Jadi, biarkan kami melindungi kalian juga dan bukan hanya kau yang melindungi kami."

Takemichi tersentak saat Draken tiba-tiba mengulurkan tangan untuk menghapus air matanya. Si pirang dengan tato naga tertawa kecil.

"Mikey pasti akan menghajarku karena sudah membuatmu menangis."

Akhirnya Takemichi ikut tertawa. Dia menghapus air matanya, menatap Draken sembari tersenyum tipis.

"Dia tidak akan pernah menghajarmu, Draken."






Di atap rumah sakit, Mikey tengah duduk sembari memejamkan mata. Suara pintu rooftop yang dibuka mengalihkan perhatiannya. Pemimpin Toman itu menatap ke bawah, menemukan Takemichi yang sudah berdiri di bawah sana dengan wajah sembab. Tanpa mengatakan apapun, Mikey mengulurkan tangannya yang diterima dalam diam oleh Takemichi.

Dengan bantuan Mikey, Takemichi ikut duduk di atas sana. Dia lalu membelakangi Mikey, menyenderkan tubuhnya dan memejamkan mata. Mikey sedikit memperbaikinya postur tubuhnya agara Takemichi nyaman. Keduanya hanya duduk diam sembari menikmati semilir angin yang menerbangkan surai mereka.

"Kau masih belum bertemu Kisaki, Mikey?" tanya Takemichi setelah beberapa saat diam.

Mikey berdengung pelan sebagai balasan. "Mungkin kita tidak akan bertemu di garis waktu ini. Tapi Kisaki pasti ada di belakang layar seperti dulu."

Mikey membuka matanya pelan. Tangannya menggenggam tangan Takemichi di samping tubuhnya, meremat pelan untuk menenangkan Takemichi.

"Jangan khawatir, Takemitchy. Aku berjanji kejadian kemarin tidak akan pernah terjadi lagi. Kali ini, kita akan melindungi semua orang."

Takemichi turut mengenggam tangan Mikey, segaris air mata mengalir di pipinya.

***

Di sebuah gang gelap, Kazuturoa melangkah perlahan. Hanya ada beberapa lampu yang masih menyala sehingga dia hanya bisa mengandalkan cahaya dari bulan yang kebetulan sedang bersinar cerah.

Sekarang sudah pukul sebelas malam dan Kazutora masih belum kembali ke rumah-karena sejujurnya Kazutora benci untuk pulang, apalagi saat dia mengingat jika ada ayahnya di sana. Tapi Kazutora tahu jika semua hanya akan menjadi lebih buruk jika dia terlalu membangkang.

"Kau benar-benar tidak merasa bersalah, Hanemiya Kazutora?"

Kazutora terkesiap, menatap sekeliling berkali-kali karena suara tiba-tiba itu. Dia segera memasang sikap waspada sembari terus melihat sekitarnya.

"Siapa kau? Keluar, brengsek! Jangan menjadi pengecut!"

Seseorang tiba-tiba keluar dari kegelapan. Kazutora tidak bisa melihat siapa dia karena orang itu menutupi kepalanya menggunakan tudung jaket, memakai masker dan juga topi yang membuat Kazutora semakin kesulitan untuk mencari tahu siapa dia.

"Kau sudah membuat Hangaki terluka dulu, dan masih bisa santai seperti ini? Kau tidak malu?"

"A-apa?" Pupilnya bergetar pelan, Kazutora menatap kosong saat mendengar perkataan itu.

"Hanagaki terluka karena melindungimu, bahkan saat dia sadar jika dirinya bisa saja mati saat itu."

Sosok misterius itu menyeringai di balik masker hitamnya saat melihat Kazutora yang semakin linglung.

"Ka-kau tidak tahu apa-apa, brengsek! Takemichi bilang itu bukan salahku! Takemichi tidak menyalahkanku! Kau tidak tahu apa-apa!" Kazutora membentak, tubuhnya gemetar tanpa sadar.

"Kau salah, Hanemiya. Itu salahmu, semua salahmu. Andai saja kau lebih waspada saat itu, dia pasti tidak perlu berlari untuk melindungi dari pukulan itu. Semua jelas salahmu."

Kazutora mundur perlahan. Dia memegangi kepalanya, wajahnya terlihat ketakutan saat dia terus bergumam. "Tidak, itu bukan salahku. Takemichi bilang itu bukan salahku. Takemichi bilang semua baik-baik saja."

Tubuhnya merosot ke tanah, mulutnya terus bergumam. Sosok di depan Kazutora menatapnya dengan mata bersinar, terus mencoba untuk mengacaukannya.

"Itu salahmu, Hanemiya. Semua salahmu."

"Sa-salahku?" Kazutora mendongak dengan wajah yang dipenuhi air mata. Dia menatap kosong pada sosok di depannya.

"Ya, kau yang bersalah."

"Salahku? Itu salahku?" Kazutora bergumam pelan.

"Ah, benar. Semua memang salahku." Kazutora tertawa dengan air mata yang terus mengalir.

"Apa yang harus kulakukan?" bisiknya linglung.

Sosok misterius di depannya merapatkan jaketnya. Dia berbalik membelakangi Kazutora, kembali menyeringai di balik maskernya.

"Nyawa harus dibayar dengan nyawa, darah di balas dengan darah." Sosok itu melirik Kazutora yang masih terduduk di jalan.

"Geng bernama Vallhala akan menantang Toman untuk bertarung. Ada seseorang yang ingin Baji Keisuke mati di pertarungan itu. Kau tahu apa yang kumaksud, kan?"

Sosok itu segera pergi dari meninggalkan Kazutora yang masih diam dengan pandangan kosong. Saat sudah jauh dari gang, dia mendongak untuk menatap bulan yang bersinar di atasnya.

"Pertunjukan akan dimulai lagi, Hanagaki."

Sosok misterius tadi membuka tudung jaket dan juga maskernya, memperlihatkan seorang laki-laki berkulit tan dan surai yang dicatat pirang. Dia menaikkan kacamata dengan jarinya dan menyeringai lebar.

"Akan kubuktikan jika aku juga bisa mencapai puncak itu. Akan kutunjukkan jika aku lebih baik dari orang-orang bodoh itu, Hero."
.
.
.
Tbc...
17 Agustus 2024

Restart (Omegaverse)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang