43

1K 72 22
                                    


Happy Reading


Suasana pesantren kini sangat ramai. Perlombaan dari pondok pesantren lainnya sudah mulai.

Ketiga manusia yang masih asik menonton perlombaan tersebut tiba-tiba menyadari satu teman mereka belum juga muncul.

"Fatin mana ya? katanya udah di jalan, ini malah belum sampe,"Tanya Karin alih-alih menatap beberapa santriwan lewat.

"Tadi aku juga sempet telpon, nomornya malah gak aktif" Ujar Lia.

berbeda dengan Fatimah, matanya seperti tak luput dari satu objek di depannya.

"Liatin apa, Fatimah?"Tanya Lia.

Fatimah tersadar, dengan cepat menggelengkan kepalanya. " gak papa, saya ke kamar mandi dulu."Pamit Fatimah lalu pergi begitu saja.

Momen riuh, suara dari para santriwan serta tepuk tangan yang meriah dari semua santri.

Disisi lain. Sebelum melangkah memasuki kawasan lapangan pesantren Hidayatullah, Fatin menatap dari jauh, begitu banyak santri di hadapannya. Akan kah ia mampu menahan kesedihannya di tempat keramaian itu?

Dari kejauhan. Mata fatin sempat berkontak mata dengan lelaki yang tak jauh dari nya. Tatapan tidak lebih sepuluh detik, fatin kembali memutuskan kontak mata dengan lelaki itu dan memilih menundukkan kembali pandangan nya.

Hembusan Angin sepoi-sepoi, membuat pemilik hijab yang berwarna pastel sedikit melayang layang. Detik itu juga, angin seperti kembali datang membawa aroma parfum milik seseorang yang baru saja lewat di hadapannya.

"Lihat alex lewat sini gak?" Tanya Ikram yang tiba-tiba menghampiri fatin yang masih mematung.

Fatin memundurkan satu langkah kakinya,"Mungkin ke ndalem."jawab Fatin. Yaa, lelaki itu adalah Alex yang baru saja melewatinya dengan bau aroma khas parfume yang sering ia pakai.

"Syukron Ning." Ucap mereka lalu melangkah melewati Fatin.

"Ning?" gumannya.

"becanda kok, nama lo Fatin kan?" Tanya naufal yang terhenti mendengar kata Ning. Kenan dan Ezhar meninggalkan naufal dan ikram yang masih sibuk berbicara dengan Fatin.

Melihat kedua temannya sudah tak ada di samping mereka, naufal mendorong pelan ikram yang masih sibuk mengoceh.

"duluan ya." pamit Naufal pada Fatin yang masih senantiasa menundukkan pandangan nya.

"Titip salam sama temanmu!" Kata Ikram sedikit teriak.

Tanpa berlama-lama Fatin memutuskan untuk mencari sahabatnya di tengah keramaian.  Setidaknya, ketika ia bersama mereka rasa sedihnya  sedikit terlupakan di banding sebelumnya.

"Assalamu'alaikum" dalam Fatin pada ketiga sahabatnya yang baru saja mendapatkan mereka. Hampir empat kali Fatin mengelilingi keramaian itu hanya untuk mencari mereka.

"Dari mana aja sih!?" Tanya Karin.

"Tadi muter-muter nyari kalian." Ujar Fatin. Ia menatap ke depan, melihat santri di atas panggung menunjukkan keahlian mereka.

"Ohya. Fatimah mana?" Tanya Fatin.

"Katanya ke kamar mandi." Jawab lia. Fatin hanya mengangguk pelan.

"Assalamu'alaikum" salam Fatimah.

"ini dia. Kenapa lama?" Tanya Lia.

"Ketemu Gus Fatih di jalan, beliau nanya apa acaranya sudah dimulai atau belum. Saya jawabnya sudah Gus sekitar sejam yang lalu."

Ternyata Fatin bersama suaminya sampai di pesantren, acaranya sudah mulai.

"Jajan yuk! aku lihat tadi banyak banget makanan yang gak ada di pesantren" Ajak Lia pada ketiga temannya dan di akhiri tawanya.

GUS IDAMANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang