Happy Reading
Fatin tersenyum mendengar suara yang sangat familiar, ia pun menghampiri suaminya tanpa memperdulikan sakit di kepalanya."Gu-"
Plak
satu tamparan luar biasa keras mendarat di pipi kanan, Fatin.
"Pulang!" Tegas Gus Fatih. Tanpa belas kasih, Gus Fatih beranjak meninggalkan istrinya.
Sekujur tubuh Fatin seketika merinding. Tamparan pertamanya selama delapan belas tahun hidup, di jatuhkan oleh suaminya sendiri.
Pipi Fatin tidak pernah semerah dan sepanas sebelumnya. Tetes air matanya jatuh waktu memaksa diri menatap punggung Gus Fatih yang sudah beranjak pergi."Pah. Apa pernikahan se menakutkan itu?" guman Fatin.
Fatin tersadar. Punggung tangannya mengusap darah itu seketika. Warna merah dengan cepat menyebar di kulitnya, tapi darah tidak juga berhenti keluar dari lubang hidungnya. Cairan itu terus menetes, menodai hijabnya yang ia pakai untuk menahan darah berjatuhan.
Fatin tersenyum kecut. Darah yang keluar belum juga terhenti. Ia kembali memutuskan untuk ke kamar mandi, sebelum ke ndalem.
Tidak tidak.
Ia takut mertuanya melihatnya, dengan keadaan berlumuran darah.
"Hm," Fatin mendengus pelan. Hampir sepuluh menit berada di kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Apalagi, darah yang keluar hampir tiga menit lalu berhenti. Dan Fatin sudah berusaha menghilangkan noda di hijabnya, akan tetapi noda tersebut meninggalkan jejak dengan jelas.
Fatin mengusap pelan pipinya, rasa sakit masih terasa.
"Kesalahan fatal apa yang saya perbuat, Gus?
Rasanya tidak ada yang sanggup untuk menggambarkan perasaannya kali ini. Bagaimana tidak, kejadian tadi terbayang-bayang di pikirannya. Perlakuan yang pertama kali ia dapatkan, bahkan kehidupan pernikahan mereka baru saja dimulai.
Fatin kembali berjalan di pintu belakang ndalem. Para Kyai dan tamu lainnya berurutan keluar ndalem, karena acara akan di mulai lagi dalam beberapa menit.
"Assalamu'alaikum." Salam Fatin.
"Waalaikumsalam. Astagfirullah!" Mba Ningsih seketika panik melihat hijab yang berlumuran darah. Suara Mba Ningsih juga mengundang beberapa mata yang berada di dapur. Kini suasana di dapur bukan hanya ada santriwati saja, melainkan santri putra juga ikut membantu santri putri. Para santriwan membantu membersihkan ruang tamu, mulai dari membersihkan karpet, menyapu, mengangkat piring dan gelas yang telah di pakai. Sedangkan Santri putri, membantu mencuci piring.
Dan ada beberapa santri wati yang membantu mba Ningsih untuk memasak. Ada pula santri yang menyiapkan bahan. Semuanya terlaksana sesuai tugas yang sudah di bagi.
Terutama santri putra, Alex dan keempat temannya juga ada disana Ikra, Naufal, Kenan dan Ezhar. Beberapa santri putra pun berada di dapur.
Untungnya, Mba Ningsih tidak keceplosan memanggil nya dengan sebutan Ning. Seisi dapur menatapnya.
"Mba, tolong jangan bilang sama siapa pun. Bahkan sama Gus Fatih, oke mba?" Bisik Fatin. Mba Ningsih mengangguk pelan walau ia masih panik.
Fatin berjalan pelan, namun langkah nya kembali terhenti di depan para santriwati.
Fatin tersenyum menatap santri putri dan putra"Monggo di lanjutkan," Ucap Fatin kembali menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS IDAMANKU
Teen FictionDILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT! ig:ftrvvva tt:ftrivvv Fatin Az-Zahra ketika beranjak di SMA negeri, fatin ingin bersekolah di tempat yang ia inginkan namun papa nya tidak mengizinkannya, rayuan demi rayuan yang ia berikan pada ayahnya, akhirnya ia di...