Pagi itu, aku terbangun dengan perasaan berat yang menyelimuti hatiku. Langkahku terasa gontai menuju kamar mandi, membiarkan air dingin mengalir di tubuhku, seakan berharap semua kotoran batin bisa tersapu bersih. Setiap percikan air mengingatkanku pada kejadian semalam, membuat pikiranku semakin kacau.
Setelah merasa sedikit lebih segar, aku mengeringkan tubuh dan mengenakan pakaian seadanya. Aku melangkah keluar kamar, menuju dapur di mana Maya, kakakku, sudah duduk menikmati sarapan. Aroma nasi goreng yang menguar seharusnya menggugah selera, namun nafsu makanku hilang begitu saja.
"Selamat pagi, Rina," sapa Maya dengan senyum hangat.
"Selamat pagi, Kak," jawabku singkat. Aku duduk di seberang meja, menatap piring makananku dengan tatapan kosong. Tanganku sibuk mengaduk-aduk nasi goreng tanpa niat untuk menyantapnya.
Maya memperhatikanku dengan sedikit cemas. "Kamu kenapa? Kelihatannya lesu sekali pagi ini."
"Enggak apa-apa, Kak. Hanya agak capek saja," jawabku perlahan, lebih banyak diam daripada berbincang. Bayangan Aldi menyelusup ke benakku; aku masih belum tahu harus bagaimana menghadapi situasi ini.
"Aldi sudah berangkat ke sekolah?" tanyaku, berusaha alih perhatian meski pertanyaan itu juga membuatku berdebar.
"Ya, tadi pagi dia pamit duluan," jawab Maya. Kalimat itu membuat perasaanku sedikit lega namun juga menambah rasa bersalah yang menyiksa hatiku.
Sarapan pagi itu berlalu dengan keheningan yang tidak biasa. Aku terus bermain dengan sendokku, memikirkan langkah apa yang harus diambil selanjutnya.
"Rina, kamu yakin nggak ada apa-apa?" Maya bertanya lagi dengan tatapan penuh perhatian.
~~~~~Lanjut di KK yah Cek Link Di Profile~~~~~
YOU ARE READING
Pemuas Nafsu Keponakan
RomanceWarning!!!!! 21++ Dark Adult Novel. Untuk adek-adek mohon jangan baca ini ya..... ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku, Rina, seorang wanita 30 tahun, berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja d...