Chapter 18

604 0 0
                                    


Sore itu, Maya tiba di rumah lebih awal dari biasanya. "Kak, kenapa begitu terburu-buru?" tanyaku, melihat Maya yang tampak tergesa-gesa memasukkan beberapa barang ke dalam kopernya.

"Ada keperluan mendesak yang mengharuskanku terbang ke Surabaya hari ini," jawab Maya dengan nada panik.

Aldi, yang mendengar suara Maya dari dalam kamar, keluar dengan wajah penasaran. "Kenapa harus pergi mendadak, Bu?" tanyanya dengan dahi berkerut.

"Tolong jaga rumah selama aku pergi beberapa hari," Maya berkata tegas, matanya tertuju pada kami berdua. "Pastikan semuanya aman dan tidak ada yang aneh terjadi," pesannya penuh perhatian.

Aldi mengangguk. "Tenang saja, Bu. Aku akan mengurus semuanya di sini," jawabnya meyakinkan, meskipun tatapannya sekilas tertuju padaku.

Gelombang kecemasan membanjiri dadaku. Memikirkan harus tinggal berdua dengan Aldi membuat jantungku berdebar kencang. Apa yang akan terjadi jika Maya tidak ada di sini selama beberapa hari ke depan? Kilatan kenangan tadi membuatku menelan ludah dengan susah payah.

Maya akhirnya siap pergi dengan koper di tangan. "Aku akan segera menghubungi kalian setelah tiba di Surabaya," katanya, memberikan kami senyuman tipis sebelum melangkah keluar pintu.

Keheningan yang mencekam menyelimuti rumah setelah Maya pergi. Aldi menatapku dengan tatapan dalam. Aku tahu apa arti tatapan itu. Dengan berat hati, aku mengalihkan pandangan, mencoba mencari sesuatu untuk mengalihkan perhatian dari firasat buruk yang menghantui. Namun, Aldi melangkah mendekat dengan ekspresi yang mengirimkan getaran takut hingga ke tulang sumsumku.


~~~~~Lanjut di KK yah Cek Link Di Profile~~~~~

Pemuas Nafsu KeponakanWhere stories live. Discover now