Chapter 38

227 0 0
                                    

Aldi melirikku dengan tatapan yang sulit diartikan. Matanya yang tadi penuh kehangatan kini dipenuhi oleh kekecewaan dan keinginan untuk melindungi. Aku merasakan ketegangan yang kian meningkat, terjebak dalam kebingungan antara ingin segera mengambil alih pembicaraan atau membiarkan Aldi melanjutkan. Suara Yanto terdengar samar dari seberang telepon, namun tidak cukup jelas untuk kumengerti.

"Aldi, beri Tante ponselnya," ucapku dengan nada yang berusaha tenang meskipun hatiku bergejolak. Aldi menatapku nakal sejenak sebelum mengulurkan ponsel itu dengan enggan. Tangan kami bersentuhan, memberi sensasi kilatan listrik yang tiba-tiba, sebelum aku menarik ponsel dari genggamannya.

"Hallo, Mas?" suaraku terdengar gemetar di telinga sendiri, mencoba untuk tetap tenang. Di seberang telepon, suara Yanto membalas dengan nada tenang dan sedikit berjarak, "Hallo, kenapa yang angkat telepon tadi Aldi?"

Aku menelan ludah, mengumpulkan keberanian sebelum menjawab, "Maaf Mas, Aldi hanya mencoba membantu. Ada yang bisa aku bantu?"

Tanpa aku sadari, Aldi tiba-tiba mendekat dari belakang dan memelukku erat. Sebelum sempat aku berkata apa-apa, dia mulai menciumi leherku dengan lembut. Rasanya seperti sentuhan kilat, mengirim aliran listrik ke seluruh tubuhku. Suara Yanto menjadi semakin jauh, sulit untuk kupahami, ketika kesadaran diriku tenggelam dalam kehangatan yang Aldi berikan.

Aku hampir kehilangan keseimbangan ketika tiba-tiba tangan Aldi menyelusup di antara rok panjangku. Sentuhannya begitu lembut tapi sekaligus menuntut, membuatku terdiam membeku.

"Hallo, Mas? Maaf, sinyalnya kurang bagus," jawabku, mencoba kembali fokus pada Yanto meski pikiranku bergulat dengan kesadaran yang menyesak dari setiap desahan dan sentuhan yang diberikan Aldi.

Tangannya yang semakin berani sekarang menyusup lebih dalam, dan jari nakal Aldi pun berhasil meraih *****ku. Aliran gairah yang tiba-tiba menjalari tubuhku, memaksaku untuk menggigit bibir agar tidak mengeluarkan suara.

"Hallo sayang, apa sudah terdengar jelas?" suara Yanto tiba-tiba terasa semakin nyata di telingaku, membuat ponselku hampir terlepas dari genggaman. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menanggapi meski Aldi masih terus memainkan jemarinya di tubuhku.


~~~~~Lanjut di KK yah Cek Link Di Profile~~~~~

Pemuas Nafsu KeponakanWhere stories live. Discover now