"Setelah ini mau kemana, Bu?" tanya Aldi kepada Maya.
Maya menatap Aldi sejenak sebelum menjawab. "Aku pikir kita bisa jalan-jalan ke pantai sebentar. Gimana menurutmu, Rin?" tanya kakakku kepadaku, sambil menyuap makanannya.
Aku mengangguk setuju. "Boleh juga, Kak. Setelah ini kita bisa menikmati suasana pantai Bali."
"Tante ikut kan?" Aldi bertanya sambil tersenyum jahil, seolah menantangku.
Tentu saja, aku tak punya pilihan lain selain ikut. "Iya, tentu saja," jawabku, berusaha terdengar biasa.
Hari ini belum berakhir dan rasa cemas itu masih menggelayut, tapi setidaknya untuk sementara, kami bisa menikmati keindahan Bali bersama.
Kami menghabiskan beberapa menit terakhir di restoran dengan melanjutkan obrolan ringan. Sementara itu, pikiranku terus berputar tentang bagaimana cara meminta celana dalamku kembali dari Aldi tanpa menarik perhatian Maya. Rasanya seperti berjalan di atas tali tipis, di satu sisi ada keinginan untuk menjaga rahasia dan di sisi lain ada risiko yang tak terelakkan.
Setelah makan siang selesai, kami meninggalkan restoran dan berjalan menuju mobil . Angin pantai Bali yang hangat menyambut kami begitu kami keluar dari restoran memberikan sedikit ketenangan di tengah kekhawatiranku yang masih menggelayut. Maya tampak bersemangat dengan rencana ke pantainya, sementara Aldi memasang senyum misterius yang hanya aku yang tahu artinya.
Kami tiba di pantai yang tampak cukup sepi, memberikan rasa lega meskipun sementara. Langit cerah dengan sedikit awan putih menggantung, ombak lembut menyapu pasir putih pantai Bali yang terkenal indah. Mengejar setiap nafas kebebasan di tempat ini, aku berusaha menemukan cara untuk mendekati Aldi tanpa menciptakan kecurigaan pada Maya.
Maya segera menemukan tempat untuk duduk-duduk dan menikmati angin pantai, meninggalkanku dan Aldi berdiri dekat air. "Kak, aku dan Aldi jalan-jalan sedikit di tepi pantai ya," kataku dengan penuh hati-hati, berharap Maya tidak mencurigai apapun.
"Baik, tapi jangan terlalu jauh ya," jawab Maya dengan senyum tulusnya.
Aku dan Aldi berjalan menyusuri pantai dengan langkah lambat. Ketika kami sudah cukup jauh dari Maya dan suasana sekitar terasa lebih pribadi, aku menatap Aldi dengan serius.
"Aldi, kembalikan celana dalam Tante," bisikku dengan nada tegas namun lembut.
Aldi menatapku dengan senyum nakal yang sudah kukenal.
"Apa Tante mau celana dalamnya dikembalikan sekarang?" tanya Aldi dengan senyum nakal yang masih menghiasi wajahnya.
Aku merasa wajahku memanas, tidak tahu harus menjawab apa. Sebuah anggukan singkat adalah satu-satunya respons yang bisa kuberikan dalam situasi ini.
"Tapi Aldi yang pakaikan ya," lanjut Aldi, dengan nada yang lebih berani.
~~~~~Lanjut di KK yah Cek Link Di Profile~~~~~
YOU ARE READING
Pemuas Nafsu Keponakan
RomanceWarning!!!!! 21++ Dark Adult Novel. Untuk adek-adek mohon jangan baca ini ya..... ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku, Rina, seorang wanita 30 tahun, berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja d...