Aku akhirnya memutuskan untuk tidak membicarakan masalah ini dengan suamiku. Aku tahu, memberitahunya mungkin akan menambah beban yang sudah cukup berat di pundaknya. Dia telah melalui banyak hal dan aku tidak ingin menambah beban baru. Aku harus kuat dan menemukan cara untuk berurusan dengan trauma ini sendiri.
Hari demi hari berlalu. Setiap pagi, aku menghadapi bayangan masa lalu dan berusaha melihat ke depan dengan harapan yang baru. Aku mulai mengisi hariku dengan hal-hal yang positif, seperti berkebun dan mengajar anak-anak di lingkungan sekitar. Perlahan, kegiatan ini mulai memberikan ketenangan dan rasa tujuan baru dalam hidupku.
Suatu sore, saat aku sedang menyiram bunga di halaman depan, terdengar suara taksi yang membawa suamiku semakin mendekat. Perasaanku campur aduk antara bahagia dan cemas. Aku segera berlari menghampirinya, melemparkan senyum terbaikku.
Dia turun dari taksi dan langsung memelukku erat. "Aku merindukanmu," bisiknya lembut di telingaku.
Aku merasa kehangatan dalam pelukan suamiku, seketika semua kecemasan seakan menghilang. Namun, tiba-tiba ada langkah lain yang terdengar dari belakang taksi. Hatiku terkejut saat melihat siapa yang turun berikutnya.
Aldi, dengan wajah datar dan tanpa ekspresi, keluar dari taksi yang sama. Dalam sekejap, semua rasa damai yang baru saja kurasakan menguap begitu saja. Aldi berjalan perlahan mendekat, pandanganku tak bisa lepas darinya. Suamiku tersenyum lebar, tampaknya sama sekali tak sadar akan badai emosi yang berkecamuk dalam diriku.
~~~~~Lanjut di KK yah Cek Link Di Profile~~~~~
YOU ARE READING
Pemuas Nafsu Keponakan
RomanceWarning!!!!! 21++ Dark Adult Novel. Untuk adek-adek mohon jangan baca ini ya..... ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku, Rina, seorang wanita 30 tahun, berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja d...