Chapter 23

790 1 0
                                    


Pagi itu datang seperti biasa, penantian akan jawaban dari mimpi semalam masih menghantui benakku. Cahaya matahari mengintip dari balik tirai, mengajak diriku untuk bangkit dari tempat tidur dan menjalani hari baru. Dengan berat hati, aku memaksa diri berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Air dingin mengalir dari kran, memberikan sentuhan segar yang sedikit meredakan sisa-sisa ketegangan dalam tubuhku.

Dengan lembut, aku mengeringkan wajahku dan melangkah keluar dari kamar mandi. Aroma lezat dari dapur menyambutku, menandakan Maya sedang menyiapkan sarapan. Aku berjalan menuju meja makan. Pada saat yang sama, Aldi muncul dari kamarnya. Saat tatapan kami bertemu, kilatan kejutan di matanya langsung membanjiri pikiranku dengan ingatan tentang mimpi semalam. Kami saling berpandangan sejenak sebelum dia akhirnya tersenyum ringan, seolah tidak terjadi apa-apa. Aku berusaha menenangkan detak jantungku yang tiba-tiba berdegup lebih kencang, berharap agar sikapku tetap tenang.

"Pagi, Rina," sapa Maya dengan senyum lembutnya. "Pagi, Kak," balasku sambil mencoba memaksakan senyum di wajahku. Meski dalam hati masih bergemuruh oleh ingatan mimpi semalam, aku berusaha untuk terlihat tenang.

Maya melanjutkan aktivitasnya, menyajikan sarapan di atas meja. Aroma hangat dari roti panggang dan telur orak-arik menggoda hidungku. "Ayo sarapan," katanya dengan penuh kelembutan.

Aku duduk di kursi, meraih segelas jus jeruk yang sudah tersedia. Aldi juga bergabung dengan kami, duduk di seberang meja. Sekilas, aku bisa melihat tatapan penuh kehangatan dari matanya. Tanpa sadar, pipiku memerah mengingat betapa intimnya kami dalam mimpi itu. Namun, aku segera menundukkan pandangan, fokus pada makanan di piringku.

Kami makan dalam diam, hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu. Maya mencoba memecah keheningan dengan berbicara tentang rencana hari ini, tapi pikiranku terus kembali ke mimpi semalam. Aku hanya berharap waktu akan membantuku memahami apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh alam bawah sadarku.

Aku mencoba fokus pada sarapanku ketika Maya mulai berbicara, kali ini menanyakan sesuatu yang lebih serius.

"Aldi, bagaimana persiapan ujianmu? Sudah siap untuk menghadapi semuanya?" Maya bertanya dengan nada penuh perhatian.

Aldi mengangguk sambil mengunyah makanannya, "Ujian masih beberapa minggu lagi, Bu. Tapi aku sudah mulai rutin belajar."

Maya tersenyum puas, "Baguslah, Ibu senang mendengarnya. Kamu ingin masuk ke universitas mana?"

"Belum tahu pasti, Bu. Masih pilih-pilih antara beberapa universitas dan jurusan," jawab Aldi.

Aku memandangi Aldi yang dengan cepat menghabiskan sarapannya, tampak begitu bersemangat untuk memulai hari. Setelah menyelesaikan makanannya, ia segera membereskan piringnya dan mencuci tangan.

"Bu, aku berangkat dulu ya," pamit Aldi sambil meraih tas punggungnya yang tergantung di dekat pintu. Maya mengangguk dan tersenyum, "Hati-hati di jalan, Nak. Semoga harimu menyenangkan."

Sebelum pergi, Aldi menatapku dengan wajah penasaran. Tatapan matanya seakan mencoba menggali sesuatu dari dalam diriku, membuatku gelisah dan sekaligus malu.


~~~~~Lanjut di KK yah Cek Link Di Profile~~~~~

Pemuas Nafsu KeponakanWhere stories live. Discover now