Pagi itu, aku terbangun oleh suara ponsel yang berdering. Kesadaranku perlahan kembali, dan baru kusadari kalau aku tertidur di lantai. Segera kuraih ponsel dan mengangkat telepon dari suamiku.
"Halo, Dik. Kamu baik-baik saja?" suaranya terdengar cemas di ujung sana.
"Iya, Mas. Aku... aku baik-baik saja," jawabku dengan suara bergetar, berusaha menutupi perasaan yang masih berlubang di hatiku.
"Maaf kalau aku mengganggu. Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja. Kamu terdengar lelah tadi malam," katanya penuh perhatian.
"Tidak apa-apa, Mas. Terima kasih sudah menelepon," ucapku, mataku masih sembab oleh sisa-sisa air mata.
"Kalau begitu, istirahatlah dulu. Nanti kita bicara lagi," ujarnya sebelum menutup telepon. Aku hanya mengangguk, meski tahu dia tidak bisa melihatnya. Aku menghela napas panjang, mencoba menguatkan diri untuk menghadapi hari yang baru.
Hari ini hari Senin, dan Aldi sedang sekolah, membuatku sedikit lega. Aku merasa memiliki waktu sejenak untuk menenangkan diri setelah kejadian mengerikan semalam. Sambil merapikan sisa-sisa kekacauan di kamarku, aku mencoba menyusun rencana untuk menghindari situasi serupa di masa mendatang. Meskipun tubuhku masih lelah dan pikiranku kacau, kesempatan kecil ini untuk beristirahat memberiku sedikit harapan bahwa aku bisa menemukan jalan keluar dari masalah ini.
~~~~~Lanjut di KK yah Cek Link Di Profile~~~~~
YOU ARE READING
Pemuas Nafsu Keponakan
RomansaWarning!!!!! 21++ Dark Adult Novel. Untuk adek-adek mohon jangan baca ini ya..... ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku, Rina, seorang wanita 30 tahun, berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja d...