Chapter 42

199 0 0
                                    

"Aku mau masuk ke dalam dulu, mau siap-siap tidur," ujarku sambil berdiri, mencoba memberi mereka ruang. Maya dan Aldi mengangguk tanpa banyak bicara, masih tenggelam dalam kehangatan momen mereka.

Di dalam kamar, aku mulai menyiapkan tempat tidur. Pikiran-pikiranku masih berkecamuk tentang apa yang barusan terjadi. Dalam ruangan yang sepi ini, aku bisa lebih jernih memikirkannya. Mengapa aku merasa ada sesuatu yang tidak biasa antara Aldi dan Maya? Mungkin ini hanya hasil dari imajinasiku yang terlalu liar karena kelelahan.

Suara dari villa sebelah yang tadi menggoda telinga kami sebentar, akhirnya mereda. Heningnya malam kembali menyelimuti villa kami. Lalu aku berbaring di ranjang, mencoba menenangkan pikiranku. Hawa sejuk dari pendingin ruangan mulai membuatku lebih nyaman, tapi rasa gelisah masih terasa di sudut hati. Aku menarik selimut hingga bahu, memejamkan mata, berharap tidur segera datang. Namun, bayangan Aldi dan Maya yang mesra terus bermain di benakku.

Maya masuk ke kamar dengan tenang seolah tidak terjadi apa-apa, lalu dia menyelinap ke dalam selimut dan memelukku dari belakang. Kehangatan tubuhnya perlahan meredakan kegelisahanku. "Rina, kamu masih belum tidur?" bisiknya lembut di telingaku. Aku hanya menggeleng, mencoba memahami perasaan aneh yang menyelimuti pikiranku.

"Suara tadi sangat jelas, ya," bisik Maya pelan, mencoba membuka percakapan. Aku bisa merasakan kehangatan napasnya di punggungku, membuatku semakin sulit untuk bersikap wajar.

"Iya Kak, sepertinya bukan orang Indonesia," jawabku singkat, mencoba meredakan ketegangan di antara kami.

"Enaknya kalau punya pasangan kalau lagi liburan begini," bisiknya sambil menggelitik ketiakku.

Aku tersenyum kecil, merasa geli dan sedikit terganggu oleh keisengannya. "Iya, Kak. Mungkin nanti aku bisa ketemu seseorang yang cocok," jawabku mencoba mengalihkan pikiran dari kegelisahanku.

Maya tertawa pelan, lalu mempererat pelukannya. "Kamu terlalu pemilih, Rin. Padahal banyak yang tertarik sama kamu."

Aku memberanikan diri untuk bertanya, mencoba meresapi suasana yang semakin malam. "Kak Maya sendiri gimana?" tanyaku lirih.

Maya terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku?" Dia melepaskan pelukannya sedikit, membuatku bisa menoleh dan melihat wajahnya yang penuh pemikiran. "Mungkin aku terlalu fokus pada pekerjaan dan Aldi sehingga lupa untuk memikirkan soal itu," lanjutnya dengan senyum tipis yang terlihat sedikit sedih.

"Jadi, saat keinginan itu datang, bagaimana caramu mengatasinya?" tanyaku penasaran sambil berbalik dan memeluknya.


~~~~~Lanjut di KK yah Cek Link Di Profile~~~~~

Pemuas Nafsu KeponakanWhere stories live. Discover now