34.Areez vs Kenn

14.3K 926 131
                                    

Happy Reading!
.

.
.

Pagi ini Aleesya bangun dengan tubuhnya yang ada di pelukan Areez. Aleesya melihat wajah tenang Areez yang menurutnya semakin tampan saat sedang tidur.

Aleesya melihat jubah tidur Areez yang tersingkap dan memperlihatkan dadanya, di sana terlihat jelas luka-luka yang Areez dapatkan dari hukumannya.

Tangan Aleesya bergerak menyentuh dada Areez, ia meringis kecil saat melihat ada banyak luka di sana.

"Apa dia tidak merasakan sakit?" Gumam Aleesya, menjauhkan dirinya dari Areez.

Tapi sedetik kemudian Areez menarik Aleesya untuk kembali ke pelukannya. "Kau sudah bangun?" Tanya Aleesya, saat merasakan Areez menenggelamkan wajahnya di ceruk lehernya.

"Hm" Gumam Areez, masih mencari kenyamanan di sana.

Aleesya mengelus rambut Areez, "kalau begitu mandilah, lalu obati lukamu"

"Nanti, Asya" Balas Areez, dengan suara khas bangun tidurnya.

"Tidak akan sembuh jika kau terus menundanya" Aleesya menjauhkan dirinya dari Areez, membuat Areez berdecak.

"Mandi, Areez!" Kesal Aleesya, saat melihat Areez kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Areez membuka sedikit selimutnya kemudian tersenyum jahil pada Aleesya. "Mandi bersama?"

"Dalam mimpimu! Cepatlah, aku akan menyiapkan pakaianmu"

Mau tak mau Areez beranjak dari tidurnya kemudian dia mendekati Aleesya dan memeluknya dari belakang.

"Kenapa wangimu memabukkan?" Tanya Areez, terus menerus mengecup leher Aleesya.

"Berhenti menggodaku, mandi Areez!" Aleesya menarik tangan Areez dan mendorongnya menuju kamar mandi.

"Sekarang aku melepaskanmu, nanti tidak lagi"

"Iya terserah padamu" Aleesya menutup pintu kamar mandi dengan rona merah di pipinya.

Oh astaga! Tingkah Areez semakin hari semakin membuat jantungnya tidak sehat.

✧༺♛༻✧

Arsen menatap William dan Neura yang sedang asik suap-suapan secara bergantian. "Bisakah kalian tidak bertingkah menjijikkan selama 1 hari?"

William menatap Arsen tajam. "Kau mau aku hukum seperti kakakmu?"

"Kau butuh istri, anak muda" Sahut Neura, kembali menyuapi William dengan makanannya.

Arsen hanya memutar bola matanya malas, "aku hanya butuh harta, takhta dan wanita yang beda setiap harinya"

Tak!

Sebuah garpu besi berhasil mengenai dahi Arsen. "Para wanita itu hanya menguras uangmu, bodoh!"

"Ibu, ini sakit!" Kesal Arsen, mengelus dahinya.

"Sayang, harusnya kau melemparnya menggunakan garpu taman" Ucap William, membuat Arsen melotot.

"Kalian memang pilih kasih, kalian selalu memojokkanku!"

"Bagaimana Aleesya?" Tanya Neura, tak menghiraukan ocehan Arsen.

"Entahlah, kemarin Areez mengatakan jika dia akan membujuknya"

Neura menghela nafas panjang. "Di satu sisi aku tidak mau Aleesya pergi dari keluarga ini, tapi di sisi lain aku juga tidak mau Aleesya tertekan di sini"

Hi Duke! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang