38.Lukisan bersama

12.7K 850 66
                                    

Happy Reading!
.

.
.

Dari perjalanan menuju Kerajaan Eudora sampai ke Kediaman, Aleesya benar-benar mendiami Areez.

Bagaimana tidak kesal? Tiba-tiba saja Areez membatalkan rencananya untuk mengajaknya berlibur.

Areez mengatakan ada pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan. Jika memang sibuk, kenapa dari awal Areez seolah-olah menyanggupi permintaan Aleesya?

"Asya, aku janji akan membawamu berlibur lain kali" Ucap Areez, berusaha membujuk Aleesya.

"Ya" Balas Aleesya, seadanya.

"Asya.. " Areez berpindah posisi di samping Aleesya, membuat Aleesya menggeser duduknya sedikit lebih jauh.

"Kau marah?"

"Tidak, untuk apa aku marah? Bukankah pekerjaanmu lebih penting dari segalanya?"

"Asya, mengertilah"

Aleesya menghela nafas panjang, "aku selalu mengerti Areez, hari itu saja aku mengerti jika kau harus bermalam dengan Aruna"

"Tidak usah mengungkit-ungkit yang sudah berlalu, Asya"

"Kenapa? Bukankah hari itu adalah hari paling indah bagimu? Ah, bermalam dengan mantan kekasih, aku tidak pernah membayangkan akan seromantis apa"

"Asya!" Bentak Areez.

"Sudahlah, aku lelah" Aleesya segera mengalihkan pandangannya keluar jendela.

"Sudah ku katakan, aku hanya menemaninya, tidak ada sesuatu seperti yang kau pikirkan"

"Bukankah Pangeran Elvan yang menghamilinya? Kenapa jadi kau yang sibuk sendiri? Seperti kau saja ayah bayi itu"

"Apa belum jelas semuanya? Aruna tidak memiliki siapapun, Asya, dari kecil orangtuanya tidak pernah peduli padanya"

"Aku tidak peduli, Areez!" Bentak Aleesya, menatap Areez nyalang.

Areez mencengkram pipi Aleesya tak suka. "Turunkan pandanganmu, Asya! Tidak sopan, berani menentang suami!"

"Kau haus akan kehormatan" Ucap Aleesya, masih menatap Areez nyalang.

Areez semakin menguatkan cengkramannya, membuat mata Aleesya berkaca-kaca.

Melepas cengkramannya kasar, Areez mengalihkan pandangannya dari Aleesya. "Berhenti!" Teriak Areez, membuat kereta kuda itu berhenti.

Areez langsung turun dari kereta kuda tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sedangkan Aleesya, hanya bisa diam dan kembali menatap luar jendela.

✧༺♛༻✧

"Aleesya!" Neura dan William menyambut kedatangan Aleesya dengan bahagia, mereka memeluk Aleesya penuh kerinduan.

"Kami merindukanmu" Ucap Neura, mencium pipi Aleesya.

"Aku juga sangat merindukan kalian"

"Areez, kau mau kemana?" Tanya Neura, saat melihat Areez langsung berjalan masuk.

"Aku lelah" Jawabnya, kembali melangkahkan kakinya untuk masuk.

"Anakmu itu!" Gerutu Neura.

"Kau yang melahirkannya" Balas William.

"Tapi benihnya dari milikmu"

"Ehem!" Aleesya berdehem, membuat keduanya salah tingkah.

"Ibu sudah menyiapkan makanan untukmu, ayo kita makan" Neura merangkul Aleesya untuk berjalan masuk, dengan William yang setia mengikuti keduanya.

Hi Duke! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang