18.Terlihat Tua?

13.4K 834 24
                                    

Happy Reading!
.
.
.

Aleesya menatap kosong ke arah luar jendela. Sudah lama rasanya ia tidak se takut ini.

Sebelumnya Aleesya dan Pangeran Michelle memang pernah menjalin sebuah hubungan, tidak, bukan hubungan seperti yang kalian bayangkan.

Lebih tepatnya, mereka pernah berteman dekat.

Hubungan keduanya terbilang cukup baik, apalagi saat mengetahui kakaknya, Florence, memiliki perasaan lebih terhadap Pangeran Michelle. Aleesya membantu keduanya agar semakin dekat.

Tapi, hal itu tak berselang lama. Karena tak lama, Pangeran Michelle malah menyatakan perasaannya pada Aleesya dan hal itu sukses membuat Florence marah besar.

Florence berpikir Aleesya sengaja mencuri perhatian Pangeran Michelle. Karena dari dulu, Aleesya selalu bisa membuat orang-orang di sekitarnya berpuasat padanya.

Melihat Florence terpuruk seperti itu, membuat Ibunya juga ikut murka. Ibunya memerintahkan Aleesya untuk berhenti membuat ulah dan berhenti menggoda Pangeran Michelle.

Padahal, Aleesya tidak pernah menggoda atau mencuri perhatian Pangeran Michelle. Tapi, sekeras apapun ia membela diri, jika dari awal orang itu tidak pernah mempercayainya, maka hal itu akan sia-sia.

Dari situ, Aleesya menolak semua akses untuk berinteraksi dengan orang-orang, tujuannya tentu agar tidak ada yang mengenalnya.

Aleesya lebih memilih berpetualang dan menikmati keindahan alam sendiri, tanpa takut orang-orang di sekitarnya mengenalnya.

Ya, meskipun sekarang tidak lagi, karena sekarang ia sudah menikah dengan Duke Lounder yang bahkan namanya saja berhasil membuat orang-orang di sekitarnya merinding ngeri.

"Kau akan tetap berdiam diri seperti itu?" Suara di belakangnya berhasil membuat Aleesya menoleh cepat.

Aleesya melihat Areez yang bersedekap dada, tak jauh dari tempatnya. "Tidak sopan memasuki kamar seorang gadis diam-diam seperti ini, Duke" Sindir Aleesya.

"Dan aku bisa menghilangkan julukan gadis itu dalam semalam, Asya"

Aleesya merengut tak suka, "kau mesum"

"Tentu tidak, kau istriku" Areez berjalan mendekat, membuat Aleesya menutup dadanya berjaga-jaga. Areez adalah satu dari ribuan orang yang patut dicurigai kedatangannya.

Tak!

Areez menyentil dahi Aleesya, membuat Aleesya meringis kecil. "Apa-apaan kau!" Kesal Aleesya, mengelus dahinya.

"Berhenti berpikir yang tidak-tidak" Tegur Areez.

"Aku tidak berpikir yang tidak-tidak!" Elaknya.

"Lalu? Kau berpikir apa?"

"Aku-aku.. Ck, kau menyebalkan!" Areez terkekeh kecil membuat Aleesya menutup wajahnya yang sudah merah padam.

Sial, apa yang dia pikirkan?

"Apa Pangeran Michelle mengganggumu?" Pertanyaan Areez berhasil membuat Aleesya mendongak menatap Areez.

"Tidak" Balas Aleesya, seadanya.

Tentu ia tidak akan mengatakan pembicaraannya dengan Pangeran Michelle tadi.

"Lalu? Kenapa raut wajahmu mengatakan hal yang berbeda?"

"Apa kau pakar ekspresi? Aku juga bisa pura-pura menangis saat kau meninggal, kalau tidak percaya kau bisa meninggal sekarang"

Areez menatap Aleesya tajam, "sepertinya aku memang perlu merobek mulutmu"

Hi Duke! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang