39.Ketahuan

10.9K 757 82
                                    

Happy Reading!
.
.
.
.

Aleesya memeluk Neura erat, sedangkan Neura membelai punggung Aleesya, menenangkan. "Tidak bisakah kalian tinggal di sini?" Pinta Aleesya.

"Tidak bisa, mereka harus kembali" Celetuk Arsen, menanggapi.

Aleesya manatap Arsen kesal, membuat Arsen menjulurkan lidahnya mengejek.

"Kami memang harus kembali, sayang" Balas Neura, membuat Aleesya melepas pelukannya dengan mata berkaca-kaca.

William dan Neura tersenyum, "kami akan sangat merindukanmu" Ucap William, menepuk pucuk kepala Aleesya.

Tatapan William beralih pada Areez, "jangan macam-macam, aku memantaumu"

"Ya, cepatlah, kereta kuda kalian sudah menunggu"

"Ck! Kau memang mau kami cepat-cepat pergi!" Amuk Neura, mencubit lengan Areez.

"Perjalanan kalian akan panjang, lebih cepat lebih baik" Bela Areez.

"Kalau begitu kami pergi dulu, kalian jaga kesehatan, kabari jika ada sesuatu" Neura menatap ketiga orang di depannya dengan raut wajah serius.

Areez memeluk Neura dan mengecup pipinya lembut, begitupun dengan Arsen. "Hati-hati" Ujar Areez, saat melihat Neura dan William sudah menaiki kereta kudanya.

Aleesya menekuk bibirnya sedih, kala melihat kereta kuda itu mulai menjauh dari pandangannya.

Melihat itu, Areez merengkuh pinggang Aleesya mendekat. "Lain kali aku akan mengajakmu bermain ke sana, jangan sedih"

"Sekarang saja aku sudah merindukan mereka" Keluh Aleesya, membuat Areez tertawa. "Kau memang anak mereka"

✧༺♛༻✧

Aleesya memegang kepalanya nyeri kala melihat catatan kegiatan amal yang tidak merata.

Ada sebagian desa yang mendapat bantuan pasokan pangan sesuai dengan standar yang sudah Aleesya tentukan, dan ada juga yang masih belum sesuai.

Padahal Aleesya sudah menaikkan bantuan kegiatan amal sebesar 5% kepada seluruh desa, tapi masih ada desa yang belum menerima bantuan itu.

Aleesya yakin, ada beberapa pemimpin desa yang sengaja mengkorupsi uang kegiatan amal itu.

Dan yang menjadi masalahnya, Wilayah Lounder adalah salah satu Wilayah terbesar di Atarah, dan Wilayah ini memiliki banyak sekali desa.

Jadi intinya, Aleesya harus mengecek catatan di tiap-tiap desa, yang di mana itu akan memakan waktu yang sangat lama.

Ceklek

Aleesya mendongak kala mendengar ada yang membuka pintu ruang kerjanya. Ia bisa melihat Areez yang saat ini mulai mendekat ke arahnya.

"Tidak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu, Duke?"

"Kau memerintahku?"

Aleesya menghela nafas kasar, "bukan begitu, hanya saja- ah, terserah kau saja"

"Ada apa, Asya? Kau memiliki kesulitan?" Areez berjalan memutari meja Aleesya, lalu menggeser kursi kerja Aleesya agar menghadapnya.

Aleesya mendongak dan menatap Areez dengan wajah cemberut. "Aku lelah, pekerjaan ini tidak ada habisnya"

Menangkup kedua pipi Aleesya, gemas, Areez mendekatkan dirinya dan mengecup bibir Aleesya singkat. "Mau aku bantu, hm?"

Aleesya menggeleng, "pekerjaanmu bahkan lebih banyak dariku"

Hi Duke! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang