BAB II -Pesta minum Teh-*

17.4K 1K 7
                                    

Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶

Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.

🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨

🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧

**Terima kasih,Salam Pena**

❤️😙😁😆❤️

*******∆*******


Nara, yang kini dikenal sebagai Daisy, duduk dengan tenang di dalam kereta kuda yang berderit pelan, ditemani pelayannya, Marry, yang setia berada di sisinya.

Kereta itu bergerak perlahan di atas jalan setapak yang dipenuhi dedaunan musim gugur berwarna keemasan, suara gemericiknya membaur dengan deru lembut roda kereta yang berputar.

Mereka sedang dalam perjalanan panjang menuju rumah megah milik Grand Duke Howard, yang kini berdiri sebagai tujuan akhir mereka. Meskipun perjalanannya melelahkan, hati Daisy tidak bisa menyembunyikan rasa takjub yang memenuhi dadanya. Melalui jendela kecil kereta, ia menyaksikan hamparan alam yang begitu indah, seolah-olah dilukis dengan penuh cinta oleh tangan-tangan dewa.

Meskipun jalannya bergelombang dan jauh dari kenyamanan transportasi modern yang dulu pernah ia rasakan, Daisy kini telah terbiasa dengan ritme baru dunia ini. Pada awalnya, rasa pusing dan mual sering menghantui, namun seiring berjalannya waktu, tubuhnya mulai menerima perubahan ini dengan tenang.

Perjalanan mereka memakan waktu empat jam lamanya, melewati berbagai pemandangan yang asing namun mempesona, hingga akhirnya mereka meninggalkan mansion sederhana Baron Merrow, yang terletak di pinggiran kekaisaran, semakin jauh di belakang.

Ketika kereta akhirnya mendekati kediaman Grand Duke Howard, sebuah bangunan megah mulai terlihat di kejauhan, menjulang tinggi di bawah sinar matahari sore. Cahaya keemasan yang memantul dari jendela-jendela besar dan menara-menara yang menjulang seperti mahkota langit membuat Daisy tertegun. Itu adalah istana yang seolah-olah keluar dari dongeng-dongeng masa kecilnya, dengan taman yang ditata rapi, dihiasi air mancur yang berkilauan, dan patung-patung malaikat yang berdiri kokoh di antara semak-semak mawar.

"Wow, lihatlah itu, Marry," suara Daisy penuh kekaguman, matanya melebar takjub. "Lebih indah daripada yang pernah aku bayangkan."

Marry, yang duduk berhadapan dengannya, tersenyum kecil sambil turut menatap ke arah bangunan megah itu. "Ya, Nona Daisy. Kediaman Grand Duke Howard memang terkenal dengan kemegahannya. Mereka memiliki taman yang sangat indah, rumah kaca yang terkenal sebagai yang tercantik di seluruh kekaisaran, dan bangunan kediamannya bersejarah dengan berbagai patung seni yang luar biasa. Bahkan ada danau di dalamnya yang begitu menakjubkan. Rumor tentang tempat ini benar-benar tak dapat menggambarkan keindahan yang sesungguhnya."

Daisy terpesona oleh pemandangan tersebut, sementara pikirannya kembali melayang pada kenyataan pahit yang menimpanya. Sudah seminggu sejak Nara, yang kini hidup sebagai Daisy, tiba di tempat ini.

Meskipun ia belum sepenuhnya menerima nasib yang menimpanya, perlahan ia mulai menyadari bahwa dirinya tak punya pilihan lain selain beradaptasi. Jauh dari keluarganya, dari kehidupan lamanya, dan bahkan dari tubuh aslinya yang entah masih hidup atau tidak. Rasa sakit yang menghantui hatinya masih kuat, namun Daisy menolak untuk terjebak dalam kesedihan yang berkepanjangan. Ia tahu bahwa jika ada cara untuk kembali ke dunia asalnya, tempat ini, dunia yang penuh sihir dan keajaiban, mungkin memegang kunci jawabannya.

The Story ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang