BAB IX - Nona Muda yang Malang-*

11.1K 798 29
                                    

Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶

Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.

🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨

🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧

**Terima kasih,Salam Pena**

❤️😙😁😆❤️

*******∆*******

*🚨Peringatan konten sensitif dan sedikit kata-kata kasar,harap bijak dalam menanggapi🚨*


Sudah dua bulan berlalu sejak Daisy mulai mempersiapkan acara debutnya. Selama hari-hari yang melelahkan itu, Daisy harus mempelajari segala macam etiket bangsawan serta pelajaran-pelajaran lainnya. Ternyata, menjadi seorang nona bangsawan tidak semenyenangkan yang selama ini ia bayangkan saat membaca novel. Semua itu sangat berbeda dari apa yang pernah ada di benaknya. Ia merasa menyesal karena dulu sering berkhayal ingin masuk ke dalam dunia novel dan menjadi protagonis yang mengubah nasib tokoh-tokoh yang bernasib malang. Namun, kini justru ia yang merasa nasibnya menyedihkan. Siapa yang akan menyelamatkannya?

Dalam hati, Daisy berteriak histeris, menginginkan pulang ke dunianya.

Saat ini, Daisy tengah mempelajari cara menyulam. Kepala pelayan, Mrs. Clack, dengan wajah keras dan suara tegas, mengajarinya dengan disiplin yang ketat tanpa ampun. Sejak hari pertama Daisy tiba di tempat ini, tak ada yang berubah. Mrs. Clack selalu memarahinya setiap kali ia membuat kesalahan, sekecil apa pun itu.

Mata Daisy terasa nyeri akibat terlalu lama menatap jarum dan benang. Pandangannya mulai berkunang-kunang. Sinar matahari yang menerobos masuk melalui jendela besar di ruang belajar menambah beban pada matanya yang sudah lelah.

Hari ini, Daisy sedang diajari cara menyulam sapu tangan. Di sela-sela pelajaran, Mrs. Clack menekankan pentingnya sapu tangan bagi seorang nona muda.

"Nona Daisy, ingatlah bahwa sapu tangan bukan hanya benda biasa. Ini adalah simbol status dan keterampilan Anda. Setiap tusukan jarum harus sempurna," ujar Mrs. Clack dengan suara lantang, memastikan Daisy mendengarnya.

Daisy hanya terus mengangguk sambil tersenyum seolah paham dengan apa yang dikatakan Mrs. Clack, meskipun dalam hatinya ia merasa terbebani.

"Ya, saya mengerti. Saya akan berusaha lebih baik," jawab Daisy dengan suara lembut namun tegas, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Saat ini, Daisy sedang menyulam gambar bunga daisy pada sapu tangannya, sesuai dengan namanya. Ia melakukannya perlahan-lahan agar tidak melakukan kesalahan. Jika ada yang salah, ia harus mengulang dari awal, dan itu akan menjadi mimpi buruk.

"Lihat, Nona! Tusukan Anda terlalu longgar. Ulangi dari awal!" suara Mrs. Clack tiba-tiba memecah keheningan, membuat Daisy tersentak dan sedikit gemetar.

"Maafkan saya, Mrs. Clack. Saya akan memperbaikinya," jawab Daisy dengan nada menyesal, matanya kembali terfokus pada sapu tangan yang sedang ia kerjakan.

The Story ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang