BAB XXXIII -Daisy Menghilang-

6.5K 522 1
                                    

Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶

Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.

🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨

🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧

**Terima kasih,Salam Pena**

❤️😙😁😆❤️

*******∆*******

Isaac memacu kudanya dengan kecepatan yang hampir gila, napasnya berat dan dalam seiring adrenalin yang memompa darah ke seluruh tubuhnya. Pikirannya penuh dengan kekhawatiran, membayangkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi pada Daisy.

Memacu kudanya, mendesak hewan itu melewati akar-akar pohon yang menyembul dari tanah dan ranting-ranting yang patah. Setiap detik berlalu terasa begitu lambat, seolah waktu sengaja mengulur agar ketakutannya semakin dalam. Pikiran tentang Daisy, satu-satunya cahaya di dunianya yang kelam, memenuhi pikirannya. Dia memacu kudanya lebih cepat, hingga tak peduli pada ranting-ranting yang menggores wajah dan tubuhnya. Desir angin yang mengiris kulitnya pun tak mampu menghalangi tekadnya.

Akhirnya, setelah apa yang terasa seperti keabadian, Isaac tiba di perkemahan Eldewood.Kudanya berhenti begitu otomatis begitu memasuki perkemahan,menegang sama seperti yang sedang dirasakan Isaac sekarang.

Pemandangan yang menyambutnya bagaikan mimpi buruk yang terwujud.Baru beberapa jam yang lalu, tempat ini adalah simbol kehidupan-tenda-tenda berwarna-warni, obor-obor yang menerangi jalan setapak, dan suara riuh orang-orang yang bercanda serta tertawa. Namun kini, semuanya berubah. Cahaya matahari yang hampir tenggelam di ufuk barat menebarkan warna merah darah, memperkuat kesan neraka yang menyelimuti Eldewood.

Matahari yang hampir tenggelam mewarnai langit dengan semburat merah keemasan, tetapi sinar terakhir hari itu hanya mempertegas kengerian yang merajalela di bawahnya. Eldewood, yang dulu tempat penuh kehidupan dan tawa, kini berubah menjadi medan perang berdarah. Tenda-tenda yang biasanya berdiri tegak dan penuh warna, kini tergeletak hancur, sebagian terbakar, sementara lainnya hancur di bawah kaki makhluk-makhluk yang tak dikenal.

Teriakan dan jeritan manusia yang diliputi ketakutan dan kesakitan memenuhi udara, menggema di antara pohon-pohon besar yang mengelilingi perkemahan. Suara para wanita dan pria bercampur berteriak ketakutan dan kesakitan, terdengar memilukan di tengah kepanikan.

Seorang pelayan tua berlari dengan tertatih-tatih, memegang luka yang menganga di perutnya, darah segar menetes dari sela jari-jarinya. "Tolong! Tolong aku!" jeritnya dengan suara serak, namun jeritannya hilang di antara suara gemuruh pertempuran dan raungan monster-monster yang buas.

Di antara kekacauan,ada juga seorang ibu meratap histeris di samping tubuh anaknya yang terbaring tak bernyawa, darah mengalir deras dari luka-lukanya. Di sudut lain, sekelompok prajurit berjuang melawan monster,tampak sangat kelelahan.Terlihat jelas bahwa mereka kalah jumlah dan kekuatan.

Di tengah kehancuran, berbagai jenis monster merajalela, membawa teror pada siapa saja yang tak sempat menyelamatkan diri. **Warg Ferox**, serigala raksasa dengan gigi-gigi yang tajam dan mata merah menyala, menyerbu tanpa ampun, mencabik-cabik siapa saja yang cukup malang untuk berada di dekat mereka. **Drakling**, reptil bersayap yang menyemburkan api hijau beracun, terbang rendah di atas perkemahan, menyemburkan api yang membakar tenda-tenda dan menghancurkan perlindungan apa pun yang tersisa.

The Story ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang