BAB XLI - Mimpi Buruk -

6.8K 694 37
                                    

Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶

Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.

🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨

🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧

**Terima kasih,Salam Pena**

❤️😙😁😆❤️

*******∆******

Berita tentang Isaac yang akan pergi mencari **Permata Naga** menyebar bagaikan angin ribut di seluruh Kastil Howard. Seisi kastil gempar, mulai dari ruang pertemuan para bangsawan hingga dapur dan tempat latihan para kesatria. Di aula utama, para pelayan berbisik penuh antusias, sementara para kesatria yang bersiap di halaman membicarakan bahaya perjalanan tersebut. Permata Naga bukanlah sekadar legenda. Permata ini terbentuk dari sebagian jiwa naga dan dikabarkan memiliki kekuatan untuk membangkitkan jiwa yang tertidur. Namun, perjalanan untuk menemukannya dipenuhi dengan bahaya yang tak terhitung jumlahnya.

Di tengah hiruk-pikuk itu, Isaac tetap fokus pada misinya. Dengan mengenakan zirah perak mengkilap yang hanya digunakan pada saat-saat istimewa, saat ini Isaac berada di perpustakaan, mengobrak-abrik tumpukan buku dan dokumen tua. Matanya menyipit tajam, memindai setiap lembaran kertas yang menguning, mencoba mengingat peta tua yang pernah dilihatnya dulu. Pikirannya sibuk bergelut dengan gumaman kasar, mengais ingatan samar-samar tentang naga.

Hingga akhirnya, dia menemukan apa yang dicarinya. Sebuah peta usang yang tertutup debu, penuh dengan simbol-simbol kuno yang menunjukkan perjalanan menuju sarang Naga Tertua, yang dulunya milik keluarganya. Isaac memegang peta itu dengan penuh perhatian. Sekilas, tangannya bergetar, bukan karena ketakutan, tetapi karena adrenalin yang mengalir deras. Inilah harapannya, satu-satunya cara untuk menyelamatkan **Daisy**.

Dengan cepat, Isaac menggulung peta itu dan menyimpannya dengan hati-hati. Tanpa membuang waktu, dia keluar dari perpustakaan dengan langkah tergesa-gesa. Setiap langkahnya memunculkan suara gemerisik zirah yang bergesekan, bergema di sepanjang koridor kastil. Namun, sebelum berangkat, ada satu hal penting yang harus dia lakukan-berpamitan kepada Daisy.

Isaac mendorong pintu kamar dengan hati-hati, dan alisnya berkerut ketika melihat sosok yang tak terduga di sana. **Agatha**, adik angkatnya, duduk di tepi tempat tidur Daisy, menuangkan ramuan dari botol kecil berwarna biru ke mulut Daisy.

"Agatha, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Isaac, suaranya terdengar tegas namun cemas.

Agatha tersentak kaget. Dia menoleh, wajahnya sedikit pucat. "Aku... Aku hanya memberikan ramuan dari Kuil Suci," jawabnya dengan nada rendah. "Ramuan ini baik untuk penyembuhan Daisy."

Mata Isaac menyipit, memperhatikan gerak-gerik Agatha yang tampak canggung. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, mengingat Agatha telah merawat Daisy dengan penuh dedikasi selama ini, Isaac memilih untuk menahan kecurigaannya.

The Story ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang