BAB LIV -Medan Perang-*

2.9K 427 66
                                    

Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶

Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.

🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨

🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧

**Terima kasih,Salam Pena**

❤️😙😁😆❤️

*******∆*******

Di dataran luas yang berhiaskan senja temaram, berdirilah sebuah barak perkemahan megah yang menjadi markas para prajurit Kekaisaran Solaria selama perang yang kembali terjadi setelah seribu tahun lamanya. Ribuan tenda berdiri berjajar rapi, dengan bendera Kekaisaran yang berkibar di atasnya.

Barak itu dilindungi oleh tembok batu yang kokoh, menjulang setinggi dua puluh kaki, dan diperkuat oleh perisai energi transparan yang berpendar lembut. Perisai ini melindungi ribuan prajurit dari serangan mendadak monster ganas yang sering mengintai di malam hari.

Di dalamnya, terdapat gudang besar tempat menyimpan persediaan makanan dan senjata, dapur raksasa yang tak pernah berhenti mengepul, ruang kesehatan tempat para pendeta merapal mantra penyembuhan untuk prajurit yang terluka, hingga arena pelatihan tempat para ksatria.

Tepat saat matahari mulai tenggelam, suara gemuruh mendekat dari arah gerbang utama. Rombongan pasukan yang dipimpin oleh Isaac tiba di perkemahan setelah sebelumnya mendapatkan tugas untuk melakukan pembasmian monster di Hutan Lethwood.

Barisan prajurit itu terlihat lusuh, baju zirah mereka penuh darah kering dan lumpur. Beberapa prajurit terluka parah, dipapah oleh rekan-rekannya menuju tenda pengobatan. Para pendeta yang berjubah putih segera bergerak, memberikan bantuan dengan tangan yang bersinar lembut.

Di antara mereka, Isaac berjalan tegak dengan wajah dingin dan ekspresi suram. Pria itu berjalan dengan tegap, langkahnya tenang, seolah medan perang tak meninggalkan bekas pada dirinya.

Isaac melepaskan helm besi yang dikenakannya dan menyerahkannya pada salah satu bawahannya, memperlihatkan wajah tampannya yang minim ekspresi.

Tidak ada tanda-tanda kelelahan di tubuhnya, meski ia telah bertempur sepanjang hari. Jika ada yang berubah, itu hanyalah aura suram yang semakin gelap dari hari ke hari, membuat para para ksatria menjaga jarak dan berhati-hati agar tak memancing kemarahannya. Entah apa yang membuat suasana hatinya semakin buruk dari hari ke hari.

Seorang prajurit muda mendekat, membawa air dalam cawan emas. Isaac menerima tanpa sepatah kata, meneguknya dalam sekali teguk.

"Thomas," panggilnya.

Seorang pria bertubuh kekar, yang merupakan orang kepercayaannya, segera mendekat, "Ya, Komandan?"

Isaac menyerahkan sebuah gulungan kertas yang sudah ternoda darah. "Bawa ini ke Pangeran Nicolas. Katakan juga padanya Hutan Lethwood telah berhasil dibersihkan."

The Story ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang