BAB XXI -Tearstone-

10.5K 728 11
                                    

Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶

Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.

🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨

🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧

**Terima kasih,Salam Pena**

❤️😙😁😆❤️

*******∆*******

Didalam ruang kerjanya Isaac tampak membaca sesuatu dengan sangat serius.Ahir-ahir dia memiliki kesibukan lain disela-sela sibuknya jadwal yang di miliki. Mempelajari hal baru yang tak pernah dia tau ada didunia ini.

Isaac menatap halaman demi halaman buku di depannya, namun pikirannya sudah jauh melayang dari teks yang ia baca. Setiap kata, setiap deskripsi dalam buku itu membangkitkan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sekuat ini sebelumnya. Jantungnya berdegup lebih cepat, dan telinganya memerah semakin dalam. Ia bisa merasakan panas yang membara di dalam dirinya, hasrat yang begitu kuat hingga ia hampir tidak bisa menahannya.

Bayangan Daisy muncul begitu hidup di benaknya, setiap detail wajahnya, aroma tubuhnya, hingga suara lembutnya yang selalu membuat Isaac merasa damai. Tapi kali ini, pikirannya tidak berhenti pada hal-hal yang lembut dan tenang. Ia membayangkan dirinya menarik Daisy ke dalam pelukannya, menciuminya dengan gairah yang tak terhentikan, dan merasakan setiap inci dari dirinya dalam cara yang seharusnya tidak ia pikirkan.

Isaac menutup matanya, mencoba mengusir bayangan itu, namun semakin ia berusaha melawan, semakin kuat dorongan dalam dirinya. Pikirannya penuh dengan gambaran tentang tubuh Daisy yang hangat di bawah sentuhannya, bagaimana ia akan menyerahkan dirinya pada hasrat yang selama ini ia tak ketahui ada. Setiap detik, setiap menit yang berlalu, hanya memperburuk keadaannya. Ia ingin merasakannya, memiliknya sepenuhnya, dengan cara yang ia tahu akan merusak segalanya. Hasrat ini membuatnya merasa terbakar, tubuhnya terasa berat dengan keinginan yang tak tertahankan.

Isaac menegakkan tubuhnya, menarik napas dalam-dalam, namun paru-parunya terasa sesak. Dalam sekejap, rasa bersalah melanda dirinya. Ia tidak seharusnya memikirkan Daisy seperti ini, apalagi menginginkannya dengan cara yang begitu primitif dan mendalam. Daisy adalah seseorang yang ia hormati, seseorang yang selama ini ia lindungi dengan seluruh hidupnya. Tapi sekarang, pikirannya mengkhianati segala hal yang ia anggap suci. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri, namun dorongan itu tidak mau pergi.

Isaac meremas lengan kursinya dengan keras, berusaha menahan diri, namun bayangan itu terus berputar di kepalanya. Setiap detail tubuh Daisy, setiap ekspresi di wajahnya yang ia bayangkan, membuatnya semakin tersiksa. Isaac tahu ia harus menghentikan ini, tapi setiap kali ia mencoba, hasrat itu kembali menyerang dengan kekuatan yang lebih besar.

Dia menghela napas kasar, melemparkan buku itu ke meja dengan frustrasi. Suara napasnya terdengar berat dan kacau. Dia mencoba menenangkan dirinya, tapi tidak bisa. Semua logika, semua disiplin yang selama ini ia banggakan, runtuh di hadapan keinginannya terhadap Daisy.

The Story ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang