Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶
Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.
🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨
🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧
**Terima kasih,Salam Pena**
❤️😙😁😆❤️
∆*************∆
Hari semakin gelap. Salju yang turun dengan lebat mulai menumpuk di tanah, membungkus Kastil Howard dengan lapisan putih tebal. Namun, Daisy tetap berdiri di tempat, matanya terpaku ke arah di mana Isaac terakhir terlihat. Kedua matanya sembab karena terlalu banyak menangis, dan bibirnya yang pucat menunjukkan betapa dinginnya udara yang menyelimutinya. Meski demikian, ia tampak tidak peduli. Udara dingin dan salju yang turun deras seolah tak mampu mengusiknya.
Di sisi lain, Marry berdiri di ambang pintu, menyaksikan nona muda itu dengan penuh kekhawatiran. Ia melangkah maju.
"Nona, kumohon masuklah ke dalam," pinta Marry dengan suara memohon. "Salju turun semakin lebat. Jika Anda terus seperti ini, Anda bisa sakit. Tuan Isaac pasti akan sedih jika mendengar Anda jatuh sakit sesaat setelah dia pergi."
Daisy memejamkan matanya sejenak, mencoba menenangkan pikirannya. Setelah beberapa saat, ia berbalik menatap Marry. "Baiklah," ucapnya lemah.
Marry hampir menitikkan air mata melihat nona mudanya yang tampak begitu terpukul. Tanpa ragu, ia segera memapah Daisy masuk ke dalam mansion. Tubuh Daisy sangat dingin, membuat Marry semakin cemas.
"Nona, apakah Anda ingin susu coklat hangat dan beberapa cookies? Bukankah Anda sangat menyukai buatan saya?" tanya Marry dengan nada ceria, berusaha mengubah suasana hati nona mudanya.
Daisy tersenyum tipis, meski senyuman itu tampak dipaksakan. "Baiklah, Marry," jawabnya lemah.
Mendengar persetujuan itu, Marry tampak lega. Ia mulai bercerita tentang berbagai hal, mencoba menghibur Daisy sepanjang perjalanan ke kamar. Namun, sesampainya di depan kamar Daisy, keduanya terkejut. Pintu kamar terbuka, dan suasana di dalam kamar kacau balau. Barang-barang Daisy berhamburan di lantai, sementara beberapa pelayan terlihat sedang membongkar isi lemarinya dengan kasar.
"Apa yang kalian lakukan di sini? Beraninya kalian menyentuh barang milik Nona Daisy tanpa izin?" seru Marry dengan marah, langsung masuk ke dalam kamar.
Daisy tetap berdiri di depan pintu, memandang kamarnya yang hancur berantakan. Barang-barang pribadinya berhamburan di lantai, dan di dalam ruangan, beberapa pelayan howard tampak sengaja mengacaukan kamarnya.
"Beraninya kalian melakukan ini pada Nona Daisy! Jika Tuan Isaac tahu, kalian tidak akan lolos begitu saja!" teriak Marry sambil mencoba merapikan barang-barang Daisy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Change
RomanceNara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dunia novel yang pernah dibacanya sebagai.Daisy, karakter yang bahkan tidak pernah disebutkan dalam ce...