BAB LII -Berjanjilah Kau Akan Kembali -

4.9K 500 48
                                    

Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶

Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.

🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨

🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧

**Terima kasih,Salam Pena**

❤️😙😁😆❤️

∆*************∆

Hari yang telah ditentukan ahirnya tiba.

"Nona, apa kamu sudah siap? Mereka akan segera berangkat," suara lembut Mary memecah kesunyian.

Daisy menatap cermin di depannya, menatap wajah yang memantulkan dirinya sendiri. "Kau pasti bisa menahannya. Tetaplah tersenyum," bisiknya pada diri sendiri. Namun, senyumnya tidak mampu sepenuhnya menyembunyikan kesedihan yang terpancar dari matanya.

"Nona?" Suara itu kembali terdengar, menyadarkannya dari lamunannya.

"Ya, aku siap," jawab Daisy. Ia bangkit dari kursinya dengan hati yang berat. Di depan pintu, Mary sudah menunggunya. Wajah Mary, juga tak mampu menyembunyikan kesedihan.

Daisy melangkah perlahan keluar dari kamar, dengan Mary mengikutinya di belakang. Udara pagi itu terasa begitu suram.

Lorong panjang kastil terasa seperti jalan tanpa akhir. Setiap langkah Daisy terasa berat, seolah-olah ada beban yang menarik tubuhnya ke bawah. Ketika ia mendekati balkon yang menghadap halaman kastil howard, pemandangan yang luar biasa terbentang di hadapannya.

 Ketika ia mendekati balkon yang menghadap halaman kastil howard, pemandangan yang luar biasa terbentang di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ribuan prajurit dengan baju zirah berkilauan berdiri rapi. Cahaya matahari pagi memantul di permukaan logam, menciptakan kilauan yang hampir menyilaukan. Di antara mereka, ratusan kuda perang meringkik gelisah, kuku mereka menghentak tanah berbatu yang tertutup salju.

Beberapa kereta besar penuh dengan peralatan perang-pedang, tombak, perisai, hingga panah-diperiksa satu per satu oleh petugas.

Di luar gerbang Howard, warga dan keluarga para prajurit berkumpul seperti lautan manusia. Wajah-wajah mereka penuh emosi: ketakutan, kesedihan, tetapi juga rasa bangga.

The Story ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang