BAB LI - You like it? (17+)-

5.5K 419 25
                                    

Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶

Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.

🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨

🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧

**Terima kasih,Salam Pena**

❤️😙😁😆❤️

*************

🚧Hanya untuk pembaca berumur +17, untuk yang belum cukup umur harap skip chapter ini.🚧

*********∆********

Pagi musim dingin kembali menyelimuti kamar Daisy, menghadirkan dingin yang menusuk tulang. Embun tipis menempel pada jendela besar segera membeku membentuk lapisan es tipis m, membiaskan cahaya matahari yang perlahan masuk melalui tirai yang sedikit terbuka. Tubuh Daisy terasa berat, dan kepalanya seperti dihujani ribuan jarum tajam. Ia mengerang pelan, tangannya memegangi kepala sambil mencoba menahan rasa sakit yang berdenyut.

"Kepalaku..." bisiknya lirih, nyaris tak terdengar.

Namun keheningan segera dipecahkan oleh suara berat yang sangat dikenalinya. "Sayang, kau sudah bangun?" Suara Isaac terdengar dari sudut ruangan.

Daisy hanya mengangguk lemah sambil mencoba menggeliat di atas kasur. Tubuhnya begitu lemah, seolah seluruh energinya telah terkuras. Sebelum ia sempat berbicara, tiba-tiba tubuhnya terangkat dengan mudah. Dalam hitungan detik, ia sudah berada di pangkuan Isaac. Kehangatan tubuh pria itu langsung menyusup ke kulitnya, kontras dengan udara dingin pagi yang membekukan.

Tanpa membuka matanya, Daisy memeluk Isaac erat. Kepalanya bersandar di dada bidang pria itu, mencari perlindungan dari sakit kepala yang tak tertahankan. "Isaac... kenapa kepalaku terasa seperti ditusuk jarum?" keluhnya lemah.

Isaac hanya tersenyum tipis. Dengan lembut, ia merapikan rambut panjang Daisy yang kusut. "Itu karna Kau mabuk tadi malam, Sayang."

"Aku tidak mabuk," sanggah Daisy cepat, meski suaranya terdengar ragu. Ia menggeliat pelan, mencari posisi yang lebih nyaman. Namun aroma tubuh Isaac yang segar mendadak menghentikannya. Wangi kayu dan sabun yang maskulin begitu memabukkan, membuat kepalanya berputar lebih cepat.

Isaac terkekeh kecil, memandang gadis yang bersandar padanya dengan tatapan hangat. "Oh? Kau menyangkalnya? Katakan padaku, berapa banyak yang kau minum tadi malam?" godanya, mencubit pipinya pelan.

Daisy mengerjap pelan, mencoba membuka matanya. "Lima gelas... atau lebih? Aku tidak ingat," gumamnya, suaranya penuh keraguan.

Tapi saat ia akhirnya membuka matanya sepenuhnya, apa yang ia lihat membuatnya menelan ludah. Tepat di depan matanya, terbentang dada Isaac yang terbuka-basah, berkilauan, dan terpahat sempurna. Butir-butir air masih menetes pelan, menelusuri lekukan ototnya.

The Story ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang