BAB XXVIII -Love in the Shadow of a Fateful End-*

8.6K 585 10
                                    

Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶

Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.

🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨

🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧

**Terima kasih,Salam Pena**

❤️😙😁😆❤️

*******∆*******

Daisy, yang baru saja memasukan sesendok 'mille-feuille* kedalam mulutnya,tiba-tiba tersedak, kaget mendengar kata-kata Isaac. Dia mulai batuk-batuk, dan dengan cepat Isaac menyodorkan secangkir teh hangat kepadanya, wajahnya tampak khawatir. Sejak beberapa hari lalu Isaac selalu mengatakan hal yang sama.Entah apa yang terjadi pada Isaac,mengapa dia terobsesi untuk menanyakan hal itu.

"Kau mulai lagi,Apakah kau ingin mati?!" seru Daisy dengan marah setelah berhasil menenangkan diri, menatap Isaac dengan tajam.

Namun, alih-alih merasa bersalah, Isaac justru tertawa kecil, nada tawanya rendah dan penuh kehangatan. "Kau lucu sekali saat marah, Daisy," katanya dengan nada yang terdengar sangat tulus, membuat kemarahan Daisy malah berubah menjadi kekesalan yang makin besar.

Merasa dipermainkan, Daisy mencoba mencubit lengan Isaac dengan sekuat tenaga. Tapi Isaac dengan cepat menghindarinya dengan gerakan yang lincah, membuat Daisy terkesiap karena kecepatan pria itu. Dia memutuskan untuk pura-pura merajuk, membuang muka dan menyilangkan tangannya di depan dada, berharap Isaac akan merasakan sedikit rasa bersalah.

Isaac, melihat Daisy yang mulai merajuk, segera panik. "Maafkan aku, Daisy," ucapnya cepat, suaranya terdengar sungguh-sungguh. Dia mengulurkan lengannya ke arah Daisy, berharap bisa meredakan kemarahan gadis itu."kau bisa mencubitnya sepuasmu"

Daisy, yang masih merasa kesal, memegang lengan Isaac dan dengan spontan menggigitnya keras. Berusaha untuk menyalurkan rasa kesalnya. Tapi bukannya menjerit kesakitan, Isaac malah bereaksi dengan cara yang tak terduga-wajahnya memerah, dan salah satu tangannya dengan cepat menutup mulutnya, seolah-olah dia berusaha menahan sesuatu yang lebih dari sekadar rasa sakit.

Daisy, yang awalnya merasa puas, segera menjadi panik melihat reaksi Isaac yang aneh. "Isaac, kau kenapa?" tanyanya dengan suara penuh kekhawatiran. Namun, ketika dia menatap Isaac, yang balik menatapnya dengan tatapan aneh penuh gairah, Daisy merasa jantungnya berdebar semakin keras.

Isaac menatap Daisy dengan tatapan yang sulit digambarkan-matanya penuh dengan keinginan yang tak terucapkan, dan ada kilatan gelap di dalamnya yang membuat Daisy merasa seolah-olah Isaac ingin lebih melahap daisy "Daisy,Bisakah kamu menggigit bagian tubuhku yang lain?" ucapnya dengan suara serak, nadanya begitu dalam dan penuh hasrat yang terpendam.

Daisy, yang merasa sangat terkejut, segera melepaskan lengan Isaac dan mundur, wajahnya memerah padam hingga ke telinganya. "Kau sudah gila sekarang, Isaac!" serunya dengan nada yang mencoba tegas, meskipun getarannya jelas menunjukkan kegugupan.

Isaac hanya menaikkan satu alisnya, senyum kecil yang penuh arti kembali muncul di wajahnya. "Ya,aku gila karnamu," gumamnya pelan, matanya tetap menatap Daisy dengan intensitas yang membuat gadis itu tak bisa berpaling.

The Story ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang