BAB III -Man in The Lake-*

15.2K 1K 29
                                    

Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶

Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.

🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨

🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧

**Terima kasih,Salam Pena**

❤️😙😁😆❤️

*******∆*******


Daisy berdiri di tepi danau, memandangi permukaan air yang tenang dan berkilauan di bawah cahaya senja. Angin lembut berhembus, memainkan rambut panjangnya yang terurai, seakan membawa bisikan alam yang lembut dan penuh kedamaian. Pohon-pohon tinggi di sekelilingnya, dengan dedaunan yang berbisik pelan, seolah-olah turut menjaga rahasia danau ini, menciptakan suasana yang menjauhkan sejenak dunia dari kerumitan dan beban yang menghantui benaknya.

Di tengah keheningan itu, Daisy merasakan ketenangan yang langka. Bayangan suara riang para gadis bangsawan di pesta teh tadi masih menggema di pikirannya, namun di sini, di tepi danau ini, semua itu terasa begitu jauh, seperti bayangan samar yang kehilangan makna. Di sini, di tengah kedamaian alam, ia bisa melupakan dunia yang asing dan menyesakkan. Ia bisa melupakan kenyataan bahwa dirinya hanyalah seseorang yang tidak penting dalam cerita besar ini—sebuah dunia yang dulu hanya ia kenal melalui halaman-halaman novel, namun kini telah menjadi kenyataan yang harus ia hadapi setiap hari.

"Danau ini begitu tenang," pikirnya, matanya mengikuti riak-riak kecil di permukaan air. "Betapa beruntungnya aku bisa berkeliling di sekitar kediaman Grand Duke Howard yang indah ini, meski hanya sementara."

Daisy menarik napas dalam-dalam, meresapi aroma alami dari air dan tanah basah yang menenangkan. Di sini, di tempat ini, ia merasa benar-benar bebas, jauh dari keramaian dan hiruk-pikuk, hanya ada dirinya sendiri dan ketenangan yang ia rindukan. Kereta kuda milik keluarganya sedang dipakai Elias, kakaknya, dan mungkin akan tiba sebentar lagi. Elias mungkin akan kesal karena harus menjemputnya, tapi untuk sekarang, semua itu tidak penting. Yang ada hanyalah dirinya dan kedamaian sesaat ini.

Namun, di balik keindahan dan ketenangan ini, ada rasa pahit yang tak bisa ia abaikan. Ingatan tentang rasa sakit yang menghantam dirinya, mengingatkannya pada kenyataan dunia baru yang ia masuki. Ia sadar betul bahwa dirinya bukan bagian penting dari kisah besar yang mengelilinginya. Walau ada secercah kebahagiaan karena bisa masuk ke dalam salah satu novel favoritnya, kenyataan tetap menghantam: ia bukanlah tokoh utama di sini.

Dulu, Nara—atau kini dirinya sebagai Daisy—sering melarikan diri dari kenyataan dengan membaca novel-novel favoritnya. Dalam setiap halaman, ia membayangkan dirinya hidup di dunia fiksi itu, menjadi lebih dari sekadar penonton. Setiap kali membaca, ia memimpikan bisa menjadi salah satu tokoh yang ia kagumi, mengubah takdir mereka yang tragis menjadi bahagia dengan pengetahuan yang ia miliki. Bagi Nara, dunia fiksi adalah panggung besar yang menunggu untuk dijelajahi, tempat di mana ia bisa mengatasi keterbatasan dunia nyata dan menciptakan kisah yang lebih baik.

The Story ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang