Halo semuanya terimakasih🤗 sudah mampir ke cerita ini.Sebagai penulis baru mohon dukungan dan sarannya.👏👏👏🫶🫶🫶
Selamat membaca💛🧡❤️, dan jangan ragu untuk memberikan umpan balik. Dukungan kalian sangat berarti untuk pemula seperti saya.
🚨Disarankan untuk memutar Vidio lagu diatas atau memutar lagu yang kalian rasa cocok supaya lebih bisa meresapi suasana cerita🚨
🚧Saran untuk yang tidak bisa memutar video YouTube musik diatas :saat pertama kali masuk langsung scroll ke bawah langsung,diusahain yang cepet,setelah loading kedengeran suaranya baru scroll ke atas lagi tapi jangan sampai ngelewati judul,baru baca🚧
**Terima kasih,Salam Pena**
❤️😙😁😆❤️
*******∆*******
Pagi itu, lapangan pelatihan dipenuhi suara dentingan logam dan langkah-langkah berat. Matahari belum sepenuhnya meninggi, namun para ksatria sudah berkeringat, tubuh mereka basah oleh usaha keras menjalani perintah dari Isaac. Dengan pakaian seragamnya yang sederhana namun tegas, Isaac berjalan mengelilingi lapangan, mengamati setiap ksatria yang tengah berlatih mengayunkan pedang mereka. Matanya yang tajam mengamati setiap gerakan, mencari kesalahan sekecil apa pun."Perbaiki posisi kakimu!" seru Isaac pada seorang ksatria yang terlihat sedikit goyah saat mengayunkan pedang. Ia segera mendekat, memperbaiki posisi kaki pria itu dengan menekannya ke tanah. "Jika kakimu goyah, kau sudah mati sebelum seranganmu sampai ke target. Stabilkan tubuhmu!"
Isaac berdiri kembali, memperhatikan yang lain dengan ekspresi serius. "Ayunkan pedang kalian dengan tepat! Ingat, kalian harus menusuk dada para iblis dengan benar. Jika tidak, kalian yang akan kehilangan nyawa." Suaranya lantang, bergema di seluruh lapangan. "Peluang kalian untuk selamat hanya dua puluh persen. Tetapi dengan pelatihan ini, aku akan meningkatkan peluang itu. Untuk memenangkan perang ini kalian harus bertahan hidup, dan itu berarti kalian harus menguasai teknik ini sepenuhnya! Jadi, lakukan ini dengan serius. Mengerti?"
"Siap, Komandan!" Para ksatria menjawab serempak, suara mereka menggelegar, meskipun beberapa wajah terlihat tegang mendengar kenyataan yang disampaikan Isaac.
Isaac melanjutkan langkahnya dengan mantap, berdiri di tengah lapangan. "Bayangkan musuh kalian ada di depan kalian," ucapnya lagi, suaranya penuh otoritas. "Kalian tidak boleh lengah, tapi kita juga tidak bisa terburu-buru menyerang. Tunggu waktu yang tepat. Ketika mereka lengah, kalian harus menusuk tepat ke jantung mereka." Isaac berhenti sejenak, memandangi setiap ksatria di sekelilingnya, memastikan mereka mendengarkan. "Setelahnya, kalian harus mencabut jantung mereka dan membakarnya. Barulah kalian berhasil membunuh mereka. Kalian mengerti?"
"Siap, Komandan!" jawab para ksatria serempak, meskipun beberapa dari mereka tampak gemetar membayangkan proses brutal itu.
"Bagus. Sekarang, seribu kali ayunan lagi!" perintah Isaac tanpa ragu.
Mendengar itu, beberapa ksatria terlihat terkejut. Mereka mulai melirik satu sama lain dengan ekspresi tak percaya. Namun, di bawah tatapan tajam Isaac, mereka tahu tidak ada ruang untuk protes. Peluh mulai mengalir di wajah mereka, tangan mereka gemetar memegang pedang, tetapi mereka tetap bergerak.
Dengan ekspresi tekun, mereka kembali mengayunkan pedang mereka. Suara logam yang menghantam udara memenuhi lapangan.
Di salah satu tenda di pinggir lapangan, sekelompok pendeta, baik pria maupun wanita, mengamati sesi latihan tersebut dengan penuh perhatian. Beberapa di antaranya, terutama para pendeta wanita, tampak terpesona oleh sosok Isaac. Salah seorang dari mereka, dengan pipi yang merona, tidak bisa menahan diri untuk berkomentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Change
RomanceNara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dunia novel yang pernah dibacanya sebagai.Daisy, karakter yang bahkan tidak pernah disebutkan dalam ce...