Bab 3

1K 110 7
                                    

Hari ini dari subuh tadi Sinna sudah membatu Widya berkutat di dapur rumahnya yang tak terlalu besar. Entah ada apa, berbagai macam masakan Widya siapkan. Padahal di rumah mereka hanya bertiga saja. Sinna tak banyak tanya, hanya menuruti keinginan ibunya saja.

"Nduk, wortel sama kentangnya sudah selesai di potong?" Tanya Widya lembut.

"Sampun Bu. Taruh dimana?" Ucap Sinna dengan sebaskom wortel dan kentang yang sudah ia potong dadu.

"Di goreng dulu, baru nanti ke masukin bumbu yang sudah ibu tumis nduk." Lagi-lagi Sinna hanya menurut pada sang ibu.

"Ibu ki sebenernya ada acara apa? Di rumah cuma bertiga kok masaknya segala menu ada kayak di warung makan?" Tanya Sinna penasaran.

"Kemarin kan dapat kiriman makanan dari bundanya Eyza, ya harus di balas tho nduk. Rantangnya gak boleh dikembalikan dalam keadaan kosong." Jelas Widya pada Sinna.

"Lagian nih nduk, kayaknya mba Yanti tuh tertarik loh sama kamu. Bayangin coba kamu punya mertua baiknya kayak bundanya Eyza." Ucap Widya sedikit menggoda Sinna.

"Ibu loh sama bapak, dari kemarin godain Sinna terus. Mau bunda Yanti tertarik sama Sinna, kalau bang Eyza nya mboten juga buat apa."

"Jadi Sinna mau kalau Eyza nya juga tertarik sama Sinna?"

Duh salah jawab gue, batin Sinna.

"Bukan gitu ibu. Memang ibu beneran mau bang Eyza jadi mantu ibu?" Jawab Sinna balik bertanya.

"Loh siapa yang ndak mau nduk. Eyza ganteng, pendiem, ora kakean tingkah. Satu lagi yang penting sholih." Widya memang kagum dengan pribadi Eyza yang diam dan penurut. Persis seperti Sinna, hanya Eyza dilahirkan versi laki-laki.

"Terus kenapa dia cerai Bu? Pasti kan juga ada alasannya. Setiap orang ada kekurangannya, Sinna juga punya kekurangan. Jangan menaruh ekspektasi pada makhluk Allah yang jelas-jelas tidak sempurna Bu." Peringat Sinna pada Widya.

"Iya nduk. Ngapunten ya, kalau ibu nyinggung perasaan kamu. Dan terkesan memaksa." Ucap Widya pasrah dengan jawaban putrinya.

"Jangan gitu dong ibu. Maaf ya kalimat Sinna nyinggung ibu ya? Sinna minta maaf nggih Bu." Sinna justru merasa sangat bersalah mendengar ibunya meminta maaf.

"Gapapa nduk. Oh ya, pesanan ibu sudah di sampaikan Eyza belum?"

"Sampun Bu. Nih ibu baca sendiri." Ucap Sinna sambil memperlihatkan pesan yang ia kirim pada Eyza.

To : Bang Eyza Kulkas 4 Pintu

Bang Eyza.

Ada titipan pesanan ibu.
- Telur 1kg
- Terigu 2kg
- Soda Kue
- Gula pasir 2 kg

"Tuh malah gak di bales Bu."

"Nduk namain kontak orang mbok yang bagus. Masak gitu." Tegur Widya yang hanya dijawab dengan cengiran oleh Sinna.

***

Selesai dengan segala urusan di dapur, Sinna bergegas menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa ke toko. Memang tak banyak, tapi jika buku-buku sakti itu tertinggal bisa runyam pekerjaan Sinna hari ini. Buku sakti Sinna bukan lagi buku diari anak muda, apalagi buku catatan hutang. Sinna selalu membawa buku tempat ia mencatat harga-harga barang yang ia jual.

"Mbak Sinna. Mbak Sinna." Panggil seseorang dari luar pintu rumah Sinna.

Gue kayak gak asing nih sama ni suara. Batin Sinna.

"Perasaanku gak enak ya Allah. Masak pagi-pagi ada setan." Gumam Sinna lirih.

"Nduk sudah selesai siap-siap? Itu loh di samperin sama Qary mau di ajak berangkat bareng." Ucap Widya menghampiri Sinna di dalam kamarnya.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang