Bab 17

1.1K 114 10
                                    

"Nduk, acaranya kan sudah dekat. Seminggu lagi kamu sama Eyza sudah dipingit, nggak boleh ketemu lagi. Kalau ada urusan yang belum di selesaikan seminggu ini harus selesai ya nduk." Ucap Widya mengingatkan Sinna yang kini tengah bersiap berangkat menuju ruko. Sinna telah siap berada di atas kendaraan roda duanya, lengkap dengan segala perlengkapan yang selalu Eyza perintahkan.

"Nggih bu."
(Iya Bu.)

"Beneran lho ya, ibu gak mau nanti mendadak ada yang belum selesai."

"Iya, ini Sinna sama Abang tinggal fitting final untuk baju. Undangan sudah di handle sama Qary dan Dilla. Jadi Alhamdulillah sudah selesai semua Bu." Jawab Sinna meyakinkan Widya.

"Satu lagi nduk, yang sabar. Orang mau menikah itu ujiannya banyak." Entah kenapa pesan Widya yang terakhir itu sangat sesuai dengan apa yang tengah di rasakan Sinna. Perasaannya sedang tidak baik-baik saja sejak semalam. Namun ia berusaha untuk tidak menampakannya di depan Widya.

"Yowes hati-hati." Peringat Widya pada Sinna yang kemudian melaju menjauh dari pandangan Widya.

Ya Allah, kalau boleh Sinna minta ujiannya jangan yang terlalu berat ya Allah. Batin Sinna sambil terus mengendarai motornya.

Ya kalau bisa gak usah ada ujiannya ya Allah.

"Astaghfirullah Sinn. Batinmu kok gini banget. Berani-beraninya kamu nego sama yang punya hidupmu. Banyakin istighfar. Jalani dengan terus meminta petunjuk yang di atas Sinna." Ucap Sinna mengingatkan dirinya yang sudah bergumam terlalu jauh di dalam hati. "Jangan berandai-andai Sinn. Jangan mendahului takdir Allah. Biar Allah yang mengatur takdirmu, kamu cukup berdoa yang terbaik. Jangan ikut ngatur."

***

"Pagiku cerah, matahari bersinar.."

"Duh ngapain sih pagi-pagi si Qary udah datang kesini." Gumam Sinna yang sayup-sayup mendengar Qary menyanyi dari tokonya.

"Apalagi ulahnya hari ini ya Allah. Bisa di skip dulu ga? Hari ini aja. Gue lagi ovt parah gara-gara mimpi. Jangan ketambahan kelakuan bokem itu ya Allah." Sinna terus merapalkan doa-doa agar Qary mengurungkan niatnya datang ke tokonya. Bukannya berbalik Qary justru menatap aneh Sinna yang kini memejamkan mata sambil mulutnya berkomat-kamit.

Ide jahil muncul dalam pikiran Qary. Ia berjalan mengendap dan membungkukkan dirinya agar tak terlihat oleh Sinna. Saat di rasa Sinna lengah dan mulai membuka matanya. Qary mengejutkannya dari balik kursi tempat Sinna duduk.

"Dorr!" Teriak Qary membuat Sinna sedikit terperanjat.

"Anjing!" Umpat Sinna terkejut.

"Istighfar calon manten. Pagi-pagi kok udah keluar kebun binatangnya."

"Astaghfirullahaladzim. QARY! Bener-bener ya lo Ry. Kalau gue mati, Abang Lo gak jadi nikah ya. Mau Lo masuk berita ngebunuh calon kakak ipar Lo sendiri. Sini gak Lo Ry." Marah Sinna pada Qary yang sudah berlari kembali ke depan toko Sinna.

"Lagian Lo, masih pagi sudah merem sambil komat-kamit. Lihat setan Lo?" Tanya Qary meledek Sinna.

"Iya gue komat-kamit karena denger suara setan. Eh setannya datang beneran."

"Maksud Lo gue setan?" Ucap Qary menyolot.

"Iya lah. Siapa lagi. Emang kelakuan Lo kayak setan Qary."

"Lo kenapa sih Sinn? Mau nikah bukannya seneng malah makin galak kayak emaknya singa."

"Diem dulu deh Ry. Kasih gue nafas dulu." Ucap Sinna yang sedang menetralkan nafasnya karena terlalu terkejut tadi.

"Ada apa Lo kesini?" Tanya Sinna yang kini sudah bisa bernafas seperti biasa.

"Ke curug yok."

"Eh kambing. Enteng banget tuh mulut ngajakin ke Curug kayak mau ke pasar. Dari sini ke sana jauh Ry." Kekesalannya pada Qary kembali lagi mendengar ajakan Qary yang dadakan.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang