Bab 16

1.2K 115 16
                                    

Dekorasi dengan hiasan anggrek didominasi warna putih dipadukan dengan warna lavender menghiasi ruang tamu rumah Sinna. Ruangan yang tak seberapa luas itu disulap menjadi ruangan indah tersemat inisial E & S. Harum semerbak menambah kesan indah di dalamnya.

"Nduk, sudah di cek dekorasinya? Ada yang kurang Ndak?" Tanya Widya pada putri semata wayangnya yang kini tengah sibuk menyiapkan baju yang akan dikenakannya. Sebuah kebaya berbahan brokat warna Lilac dengan bawahan batik yang seragam dengan milik Eyza.

"Sudah Bu. Cukup, sederhana saja. Yang datang juga cuma keluarga besar bang Eyza dan Sinna." Jawab Sinna pada Widya.

"Ya sudah. Sekarang kamu siap-siap, mau make up sendiri atau ibu mintakan tolong sama mbak Dian?" Tawar Widya pada Sinna. Kebetulan sepupu Sinna dari pihak Widya adalah seorang mua yang cukup terkenal di desanya.

"Sendiri aja Bu. Sinna mau make up tipis-tipis saja. Nanti pas pernikahan baru minta tolong mbak Dian." Tolak Shanum yang diangguki Widya.

"Gek Ndang mandi terus siap-siap."
(Buruan mandi terus siap-siap.)

"Iya ibu suri." Ucap Sinna kemudian berlalu menuju ke dalam kamar mandi.

Tepat pukul satu siang, rombongan keluarga besar Arno sampai di kediaman keluarga Dandi. Beberapa keluarga saling berjabat tangan. Iringan rombongan perempuan membawa beberapa barang sebagai bingkisan. Ada yang dibungkus dengan mika bening, ada juga makanan yang ditempatkan pada tampah lumayan besar. Ada juga besek berisi nasi lengkap bersama lauk pauknya.

Seluruh keluarga telah duduk, beberapa duduk di ruang tengah kediaman Dandi. Keluarga inti berada di ruang tamu yang telah di dekorasi. Sementara yang lain ada yang memenuhi bangku-bangku di halaman depan yang sudah di siapkan. Beberapa anggota keluarga yang masih anak-anak memilih bermain di halaman belakang dekat kolam ikan.

"Yah lihat bang Eyza, mbak Sinna belum keluar udah gemeteran aja." Bisik Qary yang kini duduk tepat di belakang Arno. Sementara Arno dan Yanti mengapit Eyza.

"Maklum noob Ry." Jawab Arno turut berbisik.

"Jangan grogi Za. Ini lamaran. Belum juga keluar Sinna nya udah gemeteran aja." Ucap Arno yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Eyza.

Duduk di antara banyak keluarga dengan tujuan melamar tambatan hatinya sungguh membuat Eyza merasa sangat grogi. Rasanya keringat terus keluar membasahi tubuhnya di tempat yang sudah di pasangi kipas angin besar tepat menghadap dirinya.

Kenapa harus ada acara lamaran-lamaran gini sih. Batin Eyza.

***

Acara telah di mulai, Eyza beberapa kali disuruh menebak perempuan yang di bawa ke ruang tamu dengan tirai menutup seluruh badannya sebatas kaki. Ia dikecoh dengan beberapa sepupu perempuan Sinna yang memang tampak sepantar tingginya dengan Sinna. Untung saja Eyza berhasil mengenali bawahan batik yang Sinna kenakan.

"Wah ternyata bang Eyza gak terkecoh." Ucap MC yang juga merupakan kakak sepupu Sinna. "Karena Sinna sudah bergabung bersama kita, maka kita langsung masuk acara inti pada hari ini. Kepada kedua pihak keluarga kami persilahkan."

Sinna sedari tadi hanya menundukkan kepalanya, begitupun dengan Eyza yang tak kuasa menatap Sinna dengan make up tipis yang sungguh membuat Sinna 1000 kali lebih cantik.

"Ayah. Pegangin bang Eyza, Qary takut dia pingsan. Dia diem aja dari tadi kayak patung." Ucap Qary yang membuat Arno refleks memegang lengan Eyza sangat kencang. Eyza sontak menoleh ke tangan Arno yang mencengkeramnya.

"Jangan pingsan Za." Ucapnya yang membuat Sinna sedikit tersenyum mendengarnya. Begitupun Dandi dan Widya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucap Arno memulai sambutan keluarga dari pihak Eyza.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang