"Mbak Sinna bener-bener ya! Kenapa sih gamau cerita sama gue kalau bang Eyza deketin Lo. Noh tiba-tiba si Eyza minta bunda ngelamar Lo." Gerutu Qary yang kini sedang berada di sebuah cafe bersama dengan Sinna dan Dilla.
"Sabar Ry. Sabar. Dengerin cerita mba Sinna dulu." Ucap Dilla berusaha menenangkan Qary.
"Gak bisa! Gue gamau lagi dengerin alesan mba Sinna." Jawab Qary masih dengan segala kekesalannya.
Sinna memang masih belum memberi tahu Qary tentang hubungannya dengan Eyza. Lalu pagi tadi Qary mendengar Eyza merengek pada bundanya untuk segera datang ke rumah kediaman Dandi untuk melamar Sinna. Sontak Qary kaget dan meminta untuk bertemu Sinna.
"Udah Dill, biarin. Ntar juga sembuh sendiri. Si Qary mah kalau dilayanin yang ada makin panjang." Ucap Sinna santai.
"Ih ngeselin banget si Lo Sinn. Minimal Lo bujuk gue, jelasin apa yang terjadi. Ini tiba-tiba mau segala ada lamaran. Sumpah kek ngerasa gue ga Deket sama Lo."
"Lah emang kita Deket?"
"Singa!" Ucap Qary sedikit berteriak.
"Ada apa Sinn?" Tanya bang Eyza yang ternyata menyusul ketiganya atas permintaan Sinna.
"Eh Abang. Tuh adeknya tantrum karena merasa tidak dianggap." Jawab Sinna sambil menunjuk Qary.
"Lo kenapa?" Tanya Eyza datar.
"Li kinipi?" Ucap Qary menirukan pertanyaan Eyza. Eyza langsung menatap Sinna meminta penjelasan lebih lanjut.
"Si Qary ga terima, karena Sinna ga cerita sama dia kalau Abang deketin Sinna. Eh tiba-tiba denger Abang minta bunda ngelamar Sinna katanya." Jelas Sinna santai.
"Qary! Kenapa Lo bocorin sama Sinna sih?" Ucap Eyza terkejut mendengar cerita Sinna.
"Lah emang mba sinna belum tahu?" Tanya Qary yang mendapat jawaban gelengan kepala dari Sinna.
"Ehh. Yaa maaf bang. Qary pikir mba Sinna udah tahu." Qary menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tanpa sengaja ia telah membuka kartu abangnya di depan calon kakak iparnya. Sinna yang melihat ekspresi Eyza dan Qary tak kuasa menahan tawa.
"E-cie ngebet banget nikahin Sinna." Ucap Sinna menggoda Qary.
"Makasih lho Ry, berkat Lo gue jadi ga kaget-kaget amat nanti kalau tiba-tiba dilamar." Tatapan Eyza sudah berubah sangat dingin pada Qary membuat Qary menundukkan pandangannya. Ngeri!
"Maaf ya bang." Cicit Qary lirih sambil memainkan ujung jarinya.
"Bodo!"
"Abang adek yang akur dong." Goda Sinna pada keduanya, yang membuat keduanya menoleh secara bersamaan.
"Cie kompak banget nolehnya barengan."
"Sinna!"
"Mbak Sinna!" Ucap Eyza dan Qary hampir bersamaan. Dilla? Tentu saja diam melihat keributan dari tiga orang didepannya. Ia hanya mengulum senyum melihat ketiganya.
"Ya udah si bang. Sinna juga mau kok dilamar sama Abang." Ucap sinna yang membuat Eyza terlihat salah tingkah.
"Gak jadi Sinn." Jawabnya dingin.
"Yakin? Ya udah deh, sinna terima lamaran dari orang lain aja. Kebetulan kemarin ada yang mau melamar Sinna juga."
"Siapa?" Tanya Eyza spontan.
"Itu si Bu.."
"Aduh mbak Sinna kok diinjek si kakinya." Ucap Qary mengaduh karena kakinya diinjak sangat kencang oleh Sinna.
"Mana ada si Ry. Orang kaki gue diem di sini dari tadi." Elak Sinna yang berhasil membuat Qary melotot.
Oh bang Eyza belum tahu soal Budi. Awas aja Lo mbak Sinna.