To : Abang 🫶
Assalamualaikum bang Eyza
Sinna cuma mau bilang, beberapa barang untuk seserahan sudah Sinna co ya, sebagian Sinna kirim ke toko Abang, sebagian ke toko Sinna.
Tapi yang bayar ya tetep Abang semua ✌️😬Kenapa dipisah alamat kirimnya?
Gapapa abang.
Pokoknya urusan Abang cuma bayar ya 😌Iya Sinna. 👌
Besok pagi berangkat dijemput Qary ya?Gak usah bang. Sinna sendiri aja.
Bisa nurut ngga?
Ayolah bang please. Sinna berangkat sendiri.
Janji pakai masker, jaket dan helm.Oke
"Ya kali gue beli underwear mau dikirim ke tokonya bang Eyza. Mau taruh dimana muka gue." Ucap Sinna sesudah mengakhiri pesannya dengan Eyza.
Beberapa kali memang Eyza selalu menawari untuk berangkat ke toko bersama. Entah dirinya sendiri yang menjemput Sinna, atau Qary yang ia tugaskan untuk menjemput Sinna. Tapi Sinna selalu menolak dengan berbagai alasan yang akhirnya Eyza terima.
"Lagian abang, kenapa jadi hobi banget ngajakin berangkat bareng. Biar apa coba? Kan enakan gini kayak biasanya, jadi ada ruang rindu yang keisi di hati masing-masing." Gumamnya lagi.
"Kalau lihat bang Eyza salting lucu juga sih. Duda kok lemah."
"Ya Allah biarlah cegilku muncul dalam hati aja ya. Jangan sampai kelihatan sama bang Eyza. Malu!"
"Sudah Sinn. Makin malem lo makin ngelantur yok bisa yok tidur. Besok pagi bakal ketemu calon suami lagi. Bismillahirrahmanirrahim bismika allahumma ahya wa ammut. Aamiin."
Ternyata menjalin hubungan dengan lawan jenis untuk pertama kalinya bagi Sinna sungguh menyenangkan. Ia yang sedari kecil kemanapun diantar oleh ayahnya membuatnya merasa cukup cinta dari pria yang ia sebut cinta pertama. Sehingga masa remajanya tak ia habiskan untuk hal sepele sesepele cinta monyet dan perintilannya.
***
"Selamat pagi nduk. Sekarang kalau pagi sudah siap di dapur ya sebelum ibu keluar kamar." Sapa Widya sambil tersenyum melihat Sinna tengah menyiapkan bumbu dapur di meja makan mereka.
"Biasanya juga Sinna bantuin ibu tho." Jawab Sinna.
"Iya nduk. Tapi kalau sekarang jadi lebih semangat ya. Apa udah ndak sabar jadi istri. Duh nanti ibu tinggal berdua tok sama bapak." Ucap Widya yang membuat Sinna mendadak diam.
"Bu jangan gitu tho. Dimanapun Sinna nanti, Sinna bakal tetep mengunjungi bapak dan ibu. Kalaupun tinggal berdua sama bang Eyza juga pasti di komplek sini juga Bu."
"Gapapa nduk. Memang sudah seharusnya seperti itu. Ndak baik satu rumah di pimpin oleh dua kepala keluarga. Tapi kalau sesekali di sini ibu juga seneng. Jadi makin rame." Ucap Widya mencoba menghidupkan suasana lagi.
Perihal kehidupan setelah menikah memang belum Sinna bicarakan lebih lanjut. Namun Dandi dan Widya sudah tahu putri semata wayangnya itu pada akhirnya juga harus mereka lepas dengan ikhlas. Mau tidak mau, suka dan tidak suka itu sudah sewajarnya terjadi. Untuk rumah mereka sendiri, Dandi sudah menyiapkan satu rumah untuk Eyza dan Sinna jika mereka berkenan menerimanya.
"Ibu ke pasar hari ini?" Tanya Sinna sambil mengiris beberapa bawang merah dan putih di depannya.
"Iya nduk. Mau belanja sedikit. Kenapa nduk?"