Bab 5

1.2K 133 31
                                    

Berjualan dari pagi hingga menjelang petang biasanya terasa singkat bagi Sinna. Tapi tidak hari ini, sejak Qary memberitahu bahwa Eyza bertemu ayahnya hati Sinna mendadak memikirkan hal yang tak menentu.

"Ya Allah gak mungkin kan bang Eyza melamar Sinna?" Gumam Sinna, yang langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Ya opo sih Sinn, la apa ya kamu mau nek dia beneran datang melamar." Ucap Sinna menyadarkan dirinya. Entahlah pikiran-pikiran itu muncul begitu saja di dalam pikirannya. Memang betul, sampai saat ini belum ada satupun pria yang membuat Sinna tertarik. Tapi ya Allah, kalau bisa ya jangan bang Eyza. Batin Sinna dalam hati.

Sepertinya menunggu sampai jam 5 terlalu lama untuk Sinna. Sinna bergegas pulang lebih dulu dan meminta pegawainya nanti untuk menutup toko. Daripada mati penasaran, lebih baik Sinna langsung bertanya perihal Eyza pada kedua orangtuanya.

"Ya Allah, semoga enggak. Semoga enggak." Ucap Sinna sepanjang jalan di atas motor Scoopy nya.

Sesampainya di halaman rumah, jantung Sinna berdegup semakin kencang. Ia terus mengatur nafasnya agar terlihat biasa saja. Semoga apa yang ia pikirkan tak terjadi.

"Assalamualaikum." Salam Sinna ketika memasuki pintu depan rumahnya.

"Waalaikumsalam. Lho nduk, tumben jam segini sudah pulang?" Tanya Widya pada Sinna yang menghampirinya untuk mencium punggung tangannya.

"Hehe. Ndak papa Bu, Sinna agak capek hari ini." Jawab Sinna sedikit berbohong. "Bapak mana Bu?" Tanya Sinna yang tak melihat keberadaan Dandi di rumahnya.

"Lagi ke rumah Eyza, ibu mintai tolong ngantar makanan tadi lho nduk. Baru sempat." Jawab Widya yang membuat jantung Sinna semakin berdetak kencang.

"Oh ya Bu, kata Qary tadi bang Eyza kesini?"

"Iya nduk. Mampir katanya, terus nemenin bapak ngasih makan ikan di belakang." Jawaban Widya membuat kening Sinna berkerut. Jadi benar cuma kasih makan ikan?

"Kenapa to nduk?" Tanya Widya yang melihat sedikit keanehan pada tingkah Sinna.

"Ndak papa Bu. Tadi Qary tanya kenapa abangnya kesini." Jelas Sinna yang diangguki oleh Widya.

"Ndak ngobrol apa-apa Bu bang Eyza?"

"Ngobrol sama bapak nduk. Tapi ibu Ndak dengar. Wong ibu di dapur bikin minum sama makanan kecil buat dia." Ujar Widya sambil menatap Sinna. "Kenapa tho nduk? Kok penasaran banget? Takut dilamar tiba-tiba ya?" Tanya Widya yang langsung membuat Sinna gelagapan.

"Apa lho ibu ini, beneran tadi tuh Qary ke toko tanya sama Sinna. Ada keperluan apa bang Eyza ketemu bapak." Jawab Sinna langsung agar Widya tak semakin curiga.

"Nduk, Eyza tuh laki-laki baik. Percaya o sama ibu. Kalau dia pernah gagal ya bukan sepenuhnya salah dia. Jangan terlalu benci Yo nduk, yang berlebihan itu Ndak apik."

"Nggih Bu. Ya mpun, Sinna mandi dulu ya."

Sebetulnya Sinna belum puas dengan jawaban Widya tadi. Rasa penasarannya terhadap kedatangan Eyza tadi masih membuncah di pikirannya. Jika ia bertanya langsung pada bapaknya, mungkin saja Dandi akan menanyai hal yang sama seperti yang Widya tanyakan tadi.

***

To : Qary Bokem

Ry

Qary

Beberapa menit pesan Adya belum juga mendapat balasan dari Qary. Hingga sesaat kemudian ponselnya berbunyi.

Ting.

From : Eyza

Sinn
Ini Eyza
Lagi sibuk gak?

Makin ga enak perasaan Sinna ya Allah.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang