Bab 42

1.2K 109 6
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Minggu ini kandungan Sinna sudah masuk pada minggu ke-38 yang artinya kapan saja gelombang cinta itu bisa saja datang dan sang jabang bayi akan keluar dari dalam perut Sinna. Eyza tentu saja menjadi yang paling semangat, karena selain jalan pagi setiap hari yang harus ia tunaikan bersama Sinna, olahraga malam keduanya juga berjalan lebih sering dari sebelumnya.

"Abang ini kita mau kemana?" Tanya Sinna pada Eyza usai keduanya berbelanja perlengkapan anaknya yang memang masih belum lengkap.

Belum ada jawaban dari Eyza, mata Sinna sudah melebar melihat suaminya membelokkan mobilnya pada sebuah hotel bintang 4 di kotanya. Ia ingin berpikir positif, bahwa Eyza akan mengajaknya makan di sana namun rasa-rasanya tidak mungkin.

"Hotel?" Tanya Sinna sambil menatap suaminya yang baru saja menarik hand rem setelah mobilnya terparkir dengan rapi.

"Yuk turun." Ajak Eyza pada Sinna tanpa menjawab pertanyaan istrinya.

"Kesini mau apa Abang?" Tanya Sinna polos.

"Makan dek." Jawab Eyza sambil tersenyum yang membuat Sinna sedikit bernafas lega.

Alhamdulillah. Semoga makan beneran. Batinnya.

"Mbak mau chek in, udah reservasi atas nama Alrafaeyza Lian Mahardika." Ucap Eyza pada petugas resepsionis hotel yang tak terdengar oleh Sinna, karena memang Sinna duduk di kursi tunggu yang agak jauh dari Eyza.

"Bisa di bantu tanda pengenalnya pak?" Balas pegawai hotel itu dengan senyum ramah.

Sinna mengamati gerak gerik Eyza yang baru saja mengeluarkan dompet dari saku celana jeans yang ia kenakan. Sinna tahu betul, untuk makan saja tidak perlu sampai mengeluarkan tanda pengenal. Ia sadar suaminya ini memang tak akan berpikir jauh dari mencari nikmat di bawah selimut.

"Sejak kapan makan sampai harus ke resepsionis bang?" Tanya Sinna dengan tatapan penuh curiga.

"Makannya di kamar sayang, biar adek nyaman." Jawab Eyza menunjukkan deretan giginya, mencari alasan yang sudah Sinna tahu pasti hanya sekedar bualan.

"Dasar mesum." Umpat Sinna dengan tatapan sinis pada Eyza, yang langsung dijawab dengan kekehan dari mulut Eyza.

***
Eyza memilih kamar dengan lantai cukup tinggi, agar keduanya bisa melihat city light dari jendela kamar yang mereka pesan. Selain indah dipandang, tentu pemandangan itu dapat meningkatkan keintiman diantara keduanya. Pikiran Eyza sudah melayang jauh pada kegiatan yang akan ia nikmati bersama Sinna nantinya.

Sampai di kamarnya, Eyza benar-benar memesankan beberapa makanan untuk Sinna makan terlebih dahulu. Apapun yang Sinna pilih Eyza pesankan dengan senang hati, demi kelancaran maksud terselubungnya. Sinna pun hanya geleng-geleng kepala di buatnya.

"Kalau ada maunya mendadak baik ya ayahmu nak." Ucap Sinna sambil mengusap perutnya yang terlihat sangat membuncit.

Berat badannya naik hampir 20 kilogram. Namun tak sedikitpun mendapat komplain dari Eyza. Suaminya justru selalu memuji tingkat keseksiannya yang meningkat drastis saat tubuhnya berisi.

"Hehe. Abang baik terus loh padahal. Adek minta apa aja Abang pasti kasih." Jawab Eyza sedikit protes.

"Ya kan Sinna gak banyak ngidam. Abang tuh yang permintaannya diluar nalar semua." Protesnya sambil memanyunkan bibirnya.

"Ya gimana ya. Kan Abang gatau bakal ngidam macam-macam dek." Jawab Eyza pasrah saja. "Bentar makanannya udah datang, Abang buka pintu dulu."

"Adek yakin ini bakal habis semua?" Tanya Eyza sambil menatap beberapa makanan yang berada di meja yang tersedia di dalam kamar mereka.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang