Sudah lima testpack Sinna jajarkan di hadapannya. Tetap saja hanya satu garis yang muncul di sana. Drama Eyza memang sudah reda, namun ia semakin bingung mengapa tamu bulanannya tak kunjung tiba.
"Masih negatif sayang?" Tanya Eyza yang sebenarnya berharap jawaban tidak dari Sinna.
"Iya bang." Jawab Sinna lesu.
"Ya udah gapapa. Nanti malam usaha lagi." Jawab Eyza bercanda agar Sinna tak merasa kecewa berlarut-larut.
Memang sudah dua bulan sejak Sinna melakukan kuretase, dirinya belum juga mendapat tamu bulanan. Entah faktor apa penyebabnya Sinna belum mengetahuinya. Saat awal Eyza diserang demam waktu itu, Sinna sudah berharap mungkin saja suaminya itu tengah ngidam jadi banyak permintaan aneh yang dia lontarkan. Nyatanya tidak, garis dua tak kunjung datang memberi kabar bahagia untuk Sinna dan Eyza.
"Apa Sinna sakit ya bang?" Tanya Sinna sedikit khawatir.
"Enggak lah insyaallah." Jawab Eyza santai.
"Tapi udah dua bulan loh Sinna belum datang bulan bang." Seru Sinna lagi.
"Ya mungkin emang gitu kali habis kuret. Jadi gak teratur haidnya. Apa mungkin adeknya aja yang banyak pikiran dan stres." Jelas Eyza lagi membuat Sinna justru semakin overthingking.
"Abang gak akan ninggalin Sinna kan kalau Sinna gak bisa kasih anak ke Abang." Tanya Sinna yang membuat Eyza memasang wajah serius.
"Hush bicaranya yang baik-baik." Tegur Eyza pada Sinna.
"Jadi bener ya Abang bakal ninggalin Sinna kalau Sinna gak punya anak?" Cecar Sinna lagi.
"Kalau ternyata Abang yang gak bisa kasih anak ke kamu gimana?" Ucap Eyza membalikkan pertanyaan.
"Gimana? Hm." Cecarnya lagi.
"Ya gak mungkin lah. Saudara Abang kan banyak, pasti gen Abang subur. Gak kayak Sinna yang cuma anak tunggal." Jawab Sinna dengan raut wajah sedih yang sudah dapat ditutupi.
"Hush ngawur kalau ngomong. Sejak kapan subur atau engga hanya ditentukan dengan banyaknya jumlah saudara. Ada tuh yang emaknya punya anak 8, tapi anaknya menikah sampai 10 tahun gak punya anak. Semua itu gak menjamin dek, ada campur tangan Allah di dalamnya." Ucap Eyza lembut mencoba menjelaskan.
"Ya gimana kalau Allah mentakdirkan kita gak punya anak?" Seru Sinna kembali pada pertanyaan yang sama lagi.
"Ada banyak anak di luar sana yang bisa kita hidupi." Jawab Eyza bijak.
"Tapi kan anak itu dambaan setiap pasangan suami istri bang. Yang bisa meneruskan jalan keturunannya. Abang pasti juga pengen punya anak kan?" Cecarnya lagi.
"Iya lah pengen."
"Tuh kan. Abang pasti udah pengen banget punya anak." Ucap Sinna semakin sedih. "Abang nikah lagi aja deh." Suruh Sinna dengan asal.
"Iya besok Abang mau cari istri baru." Jawab Eyza tak kalah asal.
"Kok gitu?" Tanya Sinna tak terima.
"Kan adek yang minta." Jawab Eyza lagi dengan entengnya.
"Jadi cuma sebatas itu kesetiaan yang kamu janjikan? Tahu gitu Sinna milih Budiman."
"Ya udah sana sama Budiman. Aku juga gak maksa kamu untuk Nerima aku kan dulu." Jawab Eyza yang terbawa kesal karena Sinna membawa nama laki-laki lain. Padahal niat awalnya hanya bercanda. Kini justru Eyza yang benar-benar kesal dengan jawaban Sinna.
***
Sinna terduduk lesu di rukonya. Gairah hidupnya mendadak lenyap begitu saja. Banyak pikiran buruk menguasai otaknya saat ini. Ditambah Eyza yang benar-benar mendiamkannya karena memang kesalahannya sendiri.