"Halo iparku yang paling ganteng di dunia?" Ucap Sinna memulai panggilan teleponnya bersama Qary.
Besok rencananya keluarga besar Arno dan Dandi akan berkumpulan. Arisan rutinan yang kali ini didapat oleh Qary, akan dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Sinna untuk meminta pada adik iparnya itu melakukan di luar rumah mereka.
"Gak usah sok manis." Jawab Qary ketus. Tentu Qary tahu, selalu ada udang dibalik bakwan setiap kali Sinna menghubunginya dengan nada yang mendayu-dayu.
"Arisannya jangan di rumah dong." Pinta Sinna membuat Qary menghela nafas kasar.
"Orang kok banyak mintanya." Protes Qary membuat Sinna terkekeh.
"Ayo dong adik ipar. Cari suasana baru gitu loh."
"Kenapa gak pas lo yang dapet aja, bikin acara diluar?" Protes Qary pada Sinna.
"Duit gue gak sebanyak lo."
"Istighfar singa istighfar. Jangan pelit pelit amat buat nyenengin orangtua."
"Gue kan lebih tua dari lo ya Ry, berarti pahala buat lo kalau lo nurutin permintaan gue."
Nah berbicara dengan kakak iparnya itu justru membuat Qary serasa melempar boomerang. Dirinya sendiri yang akan terkena ujungnya.
"Mau dimana emang?"
"Restoran seafood dong." Pinta Sinna pada Qary.
"Emang setan lo mbak. Gak ada gak ada." Tolak Qary pada Sinna.
"Yah padahal gue lagi ngidam." Jawab Sinna tanpa dosa.
"Gak usah ngibul lo. Anak lo yang gede juga bentar lagi nikah. Ada gila-gilanya nih perempuan. Mau saingan lo sama Biyya?"
"Dih gak percayaan. Gak sukak deh sama Abqary."
"Udah udah. Gue gak mau di resto. Mending di pinggir pantai, gelar tikar terus bawa makanan dari rumah. Lebih sehat." Ucap Qary memutuskan.
"Dasar pelit."
"Masa bodo mbak Sinna. Gue lagi sibuk sama bayi gue. Dah sana."
"Awas aja ya lo Qary, anak keempat lo itu bakal nempel di ketek gue." Ucap Sinna membuat Qary terkekeh.
"Mimpi."
Sinna dengan kesal menghampiri Eyza yang baru saja berbincang dengan Biyya dan Ghaaza. Wajahnya muram seperti tak mendapat jatah bulanan sesuai harapannya. Lalu dengan kesal ia menggigit lengan Eyza yang bahkan tak tahu duduk permasalahannya apa.
"Aduh aduh." Ucap Eyza mengaduh, lalu segera menjauhkan tangannya dari mulut Sinna.
"Apaan sih ma, kok gigit gigit. Lagi birahi ya?" Tanya Eyza pada Sinna.
"Orangtua kok mesum terus." Balas Sinna ketus.
"Mama kenapa? Ada masalah? Coba cerita."
"Qary ngeselin." Jawab Sinna membuat Eyza terkekeh.
Dari kecil sampai setua ini mood dia gampang berubah karena Qary. Ampun Gusti.
"Kenapa lagi adek?"
"Geli ih mas, dipanggil adek sama kamu. Udah tua juga." Ucap Sinna bergedik geli.
"Orang masih muda gini kok. Masih kenceng semua. Apalagi yang bawah. Uhh bikin gak bisa berpaling ke lain lubang." Jawab Eyza membuat Sinna refleks menampol mulut suaminya itu.
"Terus Za. Terus. Terus terusno." Ucap Sinna membuat Eyza tertawa kecil.
"Mama mau apa sih? Coba kasih tahu ayah? Mau tas Hermes? Atau LV? Atau Channel? Jangan ya dek ya, ayah belum mampu beliin. Mending beli tas keranjang belanja aja, yang muat banyak." Canda Eyza membuat Sinna memutar bola matanya malas.