Bab 22

1.5K 127 14
                                    

Kehadiran Eyza yang sudah duduk ditepi ranjang membuat Sinna hampir menjatuhkan handuk yang ia pegang untuk menutupi tubuhnya. Ia tersentak melihat suaminya itu tengah tersenyum dengan wajah yang sedikit memerah.

"Astaghfirullah Abang ngapain disini?" Tanya Sinna yang membuat satu alis Eyza terangkat.

"Keluar ih bang, Sinna mau ganti baju."

"Arsinna Salsabila, nyonya Alrafaeyza Lian Mahardika. Kamu itu pikun atau amnesia. Abang disini karena Abang suami kamu. Masak Abang di kamar ibu." Jawab Eyza yang membuat Sinna menyadari kebodohannya.

"Bukan gitu maksudnya. Udah Abang keluar dulu, Sinna mau ganti baju." Ucap Sinna mendorong perlahan tubuh Eyza agar beranjak.

"Ya udah ganti baju aja. Abang udah lihat semuanya semalam Sinna."

"Abang!" Teriak Sinna membuat Eyza semakin tersenyum jahil.

"Udah buruan ganti baju, habis itu kita sarapan." Ucap Eyza yang tetap pada posisinya duduk di tepi kasur dengan tatapan fokus pada tubuh Sinna.

"Ya udah Abang keluar dulu. Sinna malu." Ucap Sinna lantang membuat tawa Eyza hampir pecah seketika.

"Malu?" Tanya Eyza singkat membuat Sinna semakin kesal dengan suaminya.

"Semalem gak ada malu-malunya. Gak pakai apa-apa, di meja rias, di tembok, di kasur." Jawab Eyza yang membuat Sinna membulatkan mata.

"Diem gak Abang!" Ucap Sinna yang sudah merona kembali.

"Apalagi desahannya, eyzaah ahhh abanghh terushh.."

Tuk. Sebuah remote ac terlempar begitu saja mengenai dada Eyza.

"Keluar deh bang. Ternyata gak ada bedanya Abang sama Qary." Ucap Sinna yang kini sudah nampak kesal dengan segala ledekan yang keluar dari mulut Eyza.

"Keluar atau abang pulang ke rumah ayah nanti malam?" Ancam Sinna saat Eyza akan membuka mulut untuk menggodanya lagi. Ancaman Sinna membuat Eyza pasrah untuk melangkahkan kaki keluar dari kamar Sinna.

***

"Duhai senangnya pengantin baru. Tidur bersama bangunnya siang.." Terdengar senandung yang mendekat ke arah Eyza yang ia hafal betul suaranya.

"Adudududuh pengantin baru. Rambut basah, bekas cupang dimana-mana." Ucap Qary dengan tatapan mata mengarah pada dada Eyza yang sedikit terlihat dari kerah polo shirt yang ia kenakan. "Kancing tuh yang bener bajunya."

Eyza menoleh ke arah yang Qary tatap. Benar saja satu kancing bajunya belum terkancing, membuat siapapun yang melihat dapat melirik sedikit ke arah bagian dalam Eyza yang nampak berubah warna.

"Ngapain pagi-pagi udah di sini?" Tanya Eyza pada Qary yang hanya menunjukkan ekspresi datar.

"Pagi?" Tanya Qary melihat ke arah Eyza. "Pagi Abang? Ini udah jam 9 lebih, Abang bilang apa? Pagi?"

"Masih pagi kali." Jawab Eyza santai menanggapi pertanyaan Qary yang menggebu-gebu.

"Bikin adonan ponakan gue gak usah sampai lembur bang. Kasihan mbak Sinna."

"Heh mulut Lo ya." Kini Eyza mulai terpancing dengan segala ledekan yang keluar dari mulut Qary.

"Dimana mbak Sinna?" Tanya Qary mulai mengalihkan pembicaraan.

"Lagi ganti baju. Baru selesai mandi."

"Waduh waduh waduh. Gak puas semalem lembur, pagi masih di serang lagi. Bener-bener ya Lo bang." Ledek Qary semakin menjadi membuat Eyza ingin membunuh adiknya itu.

"Abqary!"

***

Tanpa Eyza tahu ternyata Qary datang bersama keluarganya lengkap. Ayah, bunda juga Nadira yang kini tengah duduk di ruang tamu. Qary yang memang tidak tahu malu, menyelonong saja masuk hingga ia bertemu Eyza di depan pintu kamarnya.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang