Bab 21

1.8K 133 22
                                    

Melihat tingkah Eyza berlalu menuju ke kamar mandi membuat Sinna tersenyum puas berhasil menjahili Eyza. Ia tidak tahu takdir apa yang akan ia terima setelah ini. Sinna bergegas mandi di kamar mandi yang terletak di dekat dapur agar tidak membuat Eyza menunggu terlalu lama.

"Lah tuh orang masih betah aja di dalam kamar mandi." Gumam Sinna yang kini tengah duduk di depan meja rias bersiap untuk menggunakan skincarenya.

"Apa gue tadi keterlaluan ya bercandanya." Gumam Sinna lagi kemudian tak lama bunyi kunci terdengar tanda sang pemakai akan keluar dari dalam kamar mandi.

Sinna meneguk ludahnya sendiri, merutuki kalimat yang ia bisikkan tadi sesaat sebelum Eyza berlalu menuju kamar mandi. Kini suaminya itu justru keluar dari balik kamar mandi dalam keadaan bertelanjang dada dengan celana pendek yang tak menutupi lututnya. Rambut yang basah dengan air yang sebagian menetes melewati dadanya membuat Sinna semakin gugup di buatnya.

"Eh mau kemana sayang?" Tanya Eyza yang melihat Sinna beranjak dari meja riasnya dan ingin meraih gagang pintu.

"Eee. I-ini. Sinna mau siapkan makanan untuk Abang." Eyza tersenyum jahil. Ia justru mendekatkan diri ke arah tepi ranjang yang berada tepat di samping Sinna menggunakan skincare sedari tadi.

"Gak usah sayang. Makanannya sudah ada di sini." Jawab Eyza yang membuat Sinna mengernyit heran.

Apa tadi ibu bawa makanan kesini pas Sinna mandi di kamar mandi luar. Batin Sinna sambil melirik ke arah meja kecil yang ada di bagian lain samping ranjangnya namun tak ia dapati makanan di sana. Sinna hanya menatap Eyza dengan tatapan bingung.

"Abang bakal kenyang makan kamu." Sedetik kemudian Eyza berhasil menarik Sinna ke pangkuannya. Sinna yang sedang memproses kalimat Eyza langsung limbung dan duduk tepat di pangkuan Eyza.

Mampus gue.

"Emm Abang, kalau kita makan dulu gimana?" Tanya Sinna berusaha keluar dari situasi yang membuatnya tak dapat menahan degup jantung yang semakin tak beraturan.

Eyza tak memperdulikan pertanyaan Sinna. Ia justru menatap dalam manik mata Sinna yang membuat Sinna semakin meneguk lidahnya yang mendadak terasa kering. Sinna mulai terpejam saat Eyza memiringkan kepalanya, mendekatkan wajahnya pada wajah Sinna yang membuat keringat dingin membasahi telapak tangannya yang berada di genggaman Eyza.

"Bismillah, Allahumma jannibnaassyyaithaana wa jannibi syaithoona maarazaqtanaa." Bisik Eyza di telinga Sinna yang membuat perasaan Sinna semakin berdesir.

Saat Sinna membuka perlahan matanya karena tak merasakan pergerakan dari Eyza, saat itu pula Eyza memberikan kecupan singkat pada bibir Sinna.

"A-abang." Ucap Sinna tergagap melihat wajah Eyza yang begitu dekat dengannya.

"Kenapa sayang?" Tanya Eyza lembut sambil mengusap bekas kecupannya tadi pada bibir Sinna, lalu beralih memegang pipi Sinna.

"Sinna ke kamar mandi sebentar ya." Izin Sinna yang langsung membuat Eyza tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Gak perlu sayang."

Eyza kembali mengecupi wajah Sinna. Dimulai dengan kecupan pada kening Sinna lalu berpindah pada kedua kelopak mata Sinna. Berlanjut pada dua pipi Sinna yang menggemaskan bagi Eyza. Dan terakhir bibir Sinna yang sedari tadi sudah ingin Eyza nikmati kelembaban dan kemanisannya.

Diciumnya singkat beberapa kali bibir Sinna, hingga kemudian Eyza berikan ciuman dalam juga lumatan pada ranum Sinna yang kini menjadi candunya. Eyza menggigit kecil bibir Sinna membuat Sinna semakin membuka mulutnya, Eyza lesakkan lidahnya dalam-dalam disapunya setiap inci bagian dalam mulut Sinna hingga sang empunya menepuk bahunya tanda oksigen telah menipis dalam dirinya.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang