Sudah hampir sepekan Sinna hanya berbaring di tempat tidur. Melakukan segala aktifitasnya dengan bantuan Eyza. Segala kebutuhannya pun Eyza yang menyiapkan tanpa terlewat sedikitpun. Beberapa hari ini sungguh Sinna dapat melihat sisi lain dari Eyza yang membuatnya semakin mencintainya.
"Adek mau makan apa? Biar Abang siapin." Tawar Eyza pada Sinna.
"Apa aja yang sudah ibu masak bang. Tapi badan Sinna lengket pengen ganti baju." Ucap Sinna sambil membetulkan posisi berbaringnya.
"Makan dulu aja ya. Habis makan baru sekalian gosok gigi, terus Abang lap badannya. Biar tidurnya nyaman." Jawab Eyza sambil duduk di sebelah Sinna.
"Ya udah. Sebelum makan nasi, Sinna titip diambilkan buah ya Abang. Maaf Sinna ngerepotin Abang terus."
Cup. Sebuah kecupan singkat Eyza daratkan pada bibir pink Sinna.
"Kok dicium? Sinna minta maaf Abang bukan minta dicium." Ucap Sinna tak terima.
Cup. Sekali lagi Eyza curi kecupan singkat pada bibir Sinna.
"Ih Abang." Pekik Sinna berusaha mendorong tubuh Eyza.
"Kalau bilang maaf sama ngerepotin lagi Abang cium lagi. Itu hukuman buat adek biar gak mikir gitu terus." Jawab Eyza terkekeh karena melihat wajah Sinna yang hampir merah padam.
"Dasar modus."
***
Eyza dengan telaten menyiapkan nasi dengan lauk yang sudah Widya siapkan. Tak lupa pesanan Sinna potongan beberapa buah yang akhir-akhir ini sangat Sinna sukai. Lalu disisi lain nampan ada air putih ditemani segelas susu hamil rasa coklat yang sudah Eyza sedih untuk Sinna.
"Abang kenapa banyak banget makanannya?" Tanya Sinna yang melihat Eyza sedikit kesulitan membawa nampan yang penuh dengan piring dan gelas.
"Biar adek cepat sehat. Jadi bisa makan bareng Abang di meja makan."
"Makasih ya Abang." Ucap Sinna sambil mempersilahkan Eyza untuk duduk di sampingnya.
"Mau disuapin atau makan sendiri?" Tanyanya lagi.
"Makan sendiri aja. Sini gantian Abang yang Sinna suapin." Tolak Sinna meraih sendok yang berada pada genggaman Eyza.
Suap demi suap Sinna nikmati tanpa sedetikpun memindahkan tatapannya dari wajah Eyza. Beberapa kali Sinna juga menyiapkan nasi pada suaminya yang tentu tidak Eyza tolak. Kondisi Sinna memang jauh lebih baik dari sebelumnya membuat Eyza sedikit bernafas lega.
"Tadi Qary kenapa diem aja bang?" Tanya Sinna yang baru ingat kejadian saat Qary dan Dilla mengunjunginya. "Beneran digigit lintah?"
"Kamu percaya sama omongan Dilla? Kayak gak tau aja Dilla sama Qary gak ada bedanya." Jawab Eyza terkekeh dengan kepolosan Sinna.
"Makanya Sinna tanya Abang, karena Sinna tahu Dilla cuma ngalihin topik dari Sinna."
"Paling juga berantem dek. Dilla di mesumin lagi kali sama Qary. Atau Qary mergokin Dilla selingkuh sama orang lain. Kalau Abang jadi Dilla juga udah Abang tinggalin tuh cowok ngeselin kayak Qary." Jelas Eyza membuat Sinna tertawa.
"Istighfar Abang. Gak boleh gitu. Biar gitu juga Qary yang jagain Sinna sebelum nikah sama Abang." Ucap Sinna sedikit mengingatkan Eyza.
"Qary tuh marah sama Dilla karena Dilla bohong sama Qary soal kehamilan kamu. Lagian kamu ngide dirahasiain dari Abang. Abang mau marah, tapi ya gimana mau marah yang dimarahin lagi ngandung kado terindah dari Allah buat Abang." Jawab Eyza sambil menahan kesal, mengingat kelakuan Sinna sepekan lalu.
"Maaf Abang." Cicit Sinna yang kembali merasa bersalah.
"Kamu mah jadi kayak Qary dikit-dikit baperan." Jawab Eyza tak menggubris perkataan Sinna.