Sudut Pandang Eyza
Aku membiarkan segala sesuatunya berlarut tanpa mengkonfirmasi apapun pada siapapun. Klarifikasi apa gunanya pikirku. Ayah dan Qary adalah duet combo soal bercanda dan menggiring opini orang lain. Sebab ini pula selama setahun aku terkenal sebagai duda tanpa orang tahu sebenarnya.
Pagi itu seperti biasanya bunda mengajakku dan Qary pergi ke pasar untuk berbelanja kebutuhan dapur yang hampir habis. Aku membawa mobil ayah yang biasa kami gunakan saat harus mengantarkan bunda berbelanja. Hingga pada satu hari ada seorang perempuan yang tertarik mendekatiku. Sialnya Qary tahu dan mengadu pada ayah dan bunda.
"Yah. Ayah." Teriak Qary pada ayah saat tengah bersantai di ruang keluarga.
"Kenapa Abqary? Apa ga bisa sehari gak teriak-teriak." Jawab ayah sedikit marah pada Qary.
"Qary punya berita penting yah." Tambahnya.
Perasaanku sudah tidak enak. Qary pasti akan menceritakan perihal Tsalasa, anak preman pasar yang beberapa hari ini gencar menggodaku. Memang menurutku dia sedikit menarik tapi tentu tidak bagi ayah dan bunda.
"Ayah tahu kan preman yang jaga pasar tempat bunda biasa belanja?" Tanya Qary membuka topik obrolan bersama ayah.
"Iya kenapa? Kamu berantem sama dia?" Tanya ayah asal.
"Enak aja ayah kalau ngomong. Kalau aku berantem sama dia sudah gak ada Qary di kartu keluarga anda ya pak Arno."
"Siapa tahu kamu udah bosen jadi anak ayah."
"Bosen dikit sih." Ucap Qary lebih asal lagi.
"Ya udah nanti ayah bilangin premannya suruh bawa kamu."
"Arno." Ucap Qary kesal.
"Dasar anak Yanti, panggil nama bapaknya kayak nama temen."
"Habis ayah sih ngeselin." Timpal Qary pada ucapan Arno.
"Kenapa Ry, sama preman itu?" Tanya Arno mulai penasaran.
"Dia punya anak cantik banget yah." Jawab Qary mulai menyindirku.
"Kamu naksir Ry? Ayo ayah nikahin biar kamu gak ngrepotin ayah terus." Canda Arno pada Qary.
"Bapak Arno kalau ngomong mulutnya suka gak di filter ya."
"Kayak kamu ada filternya aja Ry." Ucap Arno membuat Qary diam.
"Ya kan buah jatuh sepohon-pohonnya yah."
"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya Ry. Gitu aja gatau. Bukan anak gue Lo, fix!"
Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat kelakuan ayah dan Qary yang seperti biasanya. Kalau gak berantem ya saling adu mulut ga karuan. Tapi Qary adalah anak yang wajah dan sikapnya paling mirip dengan ayah.
"Fokus ya yah. Ayah pasti kaget." Ucap Qary sambil melirik ke arahku yang tentu ku balas dengan tatapan dingin.
"Sini yah, Qary bisikin." Ucap Qary mendekat pada telinga ayah.
"APA RY?" Reaksi ayah kaget tepat di depan wajah Qary yang membuat Qary sama terkejutnya dengan suara ayah. Sejenak hening, ayah diam sambil melirik ke arahku dengan tatapan yang sulit ku artikan.
"Za, Za ga pernah ngurusin cewek sekalinya dapet anak preman. Kamu berani sama bapaknya?" Tanya ayah dengan tatapan serius ke arahku. "Sekali kamu sakitin anaknya, dipotong tititmu sama bapaknya." Ucap ayah yang langsung ditertawai oleh Qary.