Bab 4

1K 115 14
                                    

"Dek Sinna kemarin kok gak jadi transfer?" Tanya Budi jam 9 pagi sudah duduk di bagian depan toko Sinna.

Hah transfer?

"Transfer nopo mas Budi?" Tanya Adya bingung dengan kedatangan Budi yang tiba-tiba minta transferan uang.

"Lho kemarin kata Qary dek Sinna titipannya di transfer." Jelas Budi pada Sinna.

Nah bener kan pasti kerjaan si Qary.

"Oh iya maaf ya. Kemarin kelupaan. Ya udah tak titipin sekarang aja mas. Sebentar." Ucap Sinna, lalu mengambil 5 lembar uang seratus ribuan. "Ini ya mas. Maaf kemarin saya bener-bener kelupaan."

"Kalau yang lupa dek Sinna, gapapa deh. Mas Budi juga mau kesini tiap hari buat nunggu titipan." Gombal Budi yang tak membuat Sinna tersenyum sedikit pun.

"Sudah ya mas. Saya pamit ke belakang dulu." Ucap Sinna berlalu meninggalkan Budi yang masih sibuk menuliskan nota titipan Sinna.

"Gapapa dek Sinna, semakin dek Sinna jual mahal semakin aku tertarik sama dek Sinna." Gumam Budi lirih yang terdengar oleh Sinna.

Di sebelah ruko Sinna, ada empat mata yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Budi pada Sinna.

"Noh lihat Sinna lagi di apelin Budi pekerti. Lagian gengsi kok digedein. Mending gedein ruko biar cepet kaya, kalau udah kaya langsung nikahin Sinna. Dari pada bengong aja di sini." Celetuk Qary pada Eyza yang sedari tadi memasang wajah datar.

"Bacot." Ucap Eyza tegas.

"Diingetin tuh bersyukur. Bukannya marah. Kalau Lo ga maju-maju, ya udah biar Budiman noh yang maju buat ngelamar Sinna." Begitulah Qary yang suka menjahili Eyza.

"Gue tampol ya Ry. Berisik." Jawab Eyza semakin kesal.

"Kalau mau cemburu minimal jadiin pacar bang." Candaan Qary berujung pada spidol yang mengenai keningnya.

"Urus nih toko. Gue mau pergi." Eyza langsung berlalu meninggalkan Qary seorang diri tanpa memberi tahu kemana ia akan pergi.

"Dikit dikit marah dikit dikit marah. Giliran ada Sinna sok sokan diem. Lihat Budiman gerak dikit cemburu. Emang susah ngobrol sama manusia dari jaman dinosaurus." Gumam Qary yang ternyata masih bisa di dengar Eyza.

Tuk. Sekali lagi sebuah buku nota melayang mengenai belakang Qary.

"Jodoh emang, dua-duanya suka banget lempar barang. Kalau gue gegar otak kan berabe. Masak cowok ganteng kayak gue otaknya sengklek. Ih ngeri." Gumam Qary sekali lagi sambil menggelengkan kepalanya.

***

"Assalamualaikum." Salam Eyza di depan sebuah rumah sedikit besar namun terlihat sederhana.

"Waalaikumsalam." Jawab seseorang dari dalam rumah sambil membukakan pintu.

"Loh Eyza, ada apa le? Ada pesan dari bunda?" Tanya Widya pada Eyza. Ya, Eyza pergi ke rumah Sinna untuk berkunjung, menemui Dandi dan juga Widya.

"Mboten Tante. Eyza pengen main aja. Ketemu tante sama om Dandi. Beberapa kali kesini tapi belum sempat mampir." Ucap reyza menyampaikan tujuannya datang.

"Oh ayo mampir. Om Dandi di belakang, lagi kasih makan ikan di kolam. Eyza masuk aja."

"Eh gapapa Tante?" Tanya Eyza sedikit bingung karena baru pertama kali masuk ke dalam rumah Sinna.

"Gapapa le. Anggap saja rumah sendiri." Widya yang tahu Eyza sedikit bingung pun mengantar Eyza sampai dengan pintu yang menghubungkan pada kolam ikan tepat Dandi berdiri.

"Tuh ndang disamperin. Ibu ke dapur dulu ya."

"Nggih Tante." Jawab Eyza yang masih berdiri di posisinya sambil menatap Dandi yang sedang memberi makan ikan-ikannya.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang