Bab 14

991 118 30
                                    

Hari menuju acara lamaran resmi Sinna dan Eyza sudah semakin dekat. Keduanya telah sibuk menyiapkan barang yang akan dihias menjadi barang seserahan pernikahan nanti. Meski ada satu hal penting yang Eyza lupakan, mahar! Ia belum menanyakan mahar apa yang Sinna inginkan. Bahkan saat segala acara sudah hampir di depan mata.

"Selamat pagi calon istri." Ucap Eyza menyapa Sinna di tokonya saat tengah menyantap bekal sarapan yang ia bawa di rumah.

"Abang. Ngagetin aja. Bertamu tuh salam dulu. Udah kayak Qary aja, datang gak diundang pulang gak diantar." Jawab Sinna kesal.

"Memang calon suami kamu jailangkung?"

"Makanya kalau dateng tuh minimal salam. Ini ngagetin orang. Kalau aku keselek terus kelewat meninggal gimana. Abang beneran mau jadi duda sebelum nikah?" Tanya Sinna dengan kalimat yang cukup bodoh.

"Belum unboxing udah ditinggal mati, rugi dong Abang."

"Mesum. Beneran otaknya ketuker sama Qary." Ketus Sinna dengan menatap tajam ke arah Eyza.

"Kamu gamau nawarin Abang sarapan Sinn?"

"Abang mau?" Tawar Sinna menyodorkan sendok ke arah Eyza.

"Mau lah, rejeki kok ditolak."

"Mau ya beli sendiri lah. Tuh di warung mba Iin banyak." Jawab Sinna dengan segera menyiapkan sendok yang ia sodorkan tadi ke mulutnya sendiri.

"Kualat loh begitu sama calon suami." Ancam Eyza pada Sinna membuat senyum sinis terbit pada wajah Sinna.

"Gak bakal, orang calon suaminya mesum." Jawabnya lagi. "Ngapain Abang pagi-pagi kesini? Biasanya juga si Qary yang nongol tiba-tiba."

"Abang masuk kesitu ya? Masak ngobrolnya jauhan gini." Pinta Eyza pada Sinna.

"Modus." Sindir Sinna membuat Eyza tersenyum.

"Sinn Abang mau ngobrol serius." Ucap eyza memulai perbincangan dengan Sinna.

"Hmmm."

"Yang sopan sayang diajak ngobrol sama calon suami kok." Mendadak Sinna tak dapat menahan perasaan bahagianya, niat hati ingin cuek malah pipi merona dipanggil sayang oleh Eyza.

Dasar lemah!

"Kenapa Abang?" Tanya Sinna kini menatap mata Eyza.

"Natapnya jangan dalem-dalem Abang takut khilaf." Ucap Eyza memutus pandangan matanya pada Sinna.

"Emang susah ngobrol sama perjaka tua. Disambi makan salah, di tatap balik salting." Gerutu Sinna lirih.

"Mau dong diambil perjakanya sama adek cantik." Jahil Eyza yang membuat Sinna reflek memekik.

"Dasar tua bangka mesum. Udah deh pulang aja sana bang. Abang kesini kalau mau ngobrol ya ngobrol aja. Gak usah segala mesum." Kesal Sinna membuat Eyza semakin terkekeh.

"Abang mau tanya. Sinna mau di kasih mahar apa?"

"Apa aja yang ndak merendahkan Sinna." Jawab Sinna tanpa ekspresi.

"Bunda nawarin beli seperangkat perhiasan yang besar-besar kayak ibu-ibu di pasar itu lho. Sinna mau?"

"WEGAH!"
(Tidak mau!)

"Katanya terserah?"

"Terserah juga Abang lihat-lihat dong. Abang kan tahu selera Sinna. Ngapain segala beli perhiasan yang gak bakal Sinna pakai. Mbok ya yang normal-normal aja bang. Au ah Sinna capek." Jawab Sinna yang mulai tampak menahan emosi.

Dasar wanita katanya terserah, terserah kok harus sesuai sama yang dia mau.

"Ya udah gini aja Sinna ikut ke toko perhiasannya ya, Abang kan gak tahu Sinna suka yang mana." Ajak Eyza yang membuat Sinna sedikit berpikir.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang