Bab 27

1K 112 7
                                    

"Za, maaf ya bunda baru sempat ke sini. Sinna nya gimana keadaanya?" Tanya Yanti yang baru saja tiba di kediaman Dandi dengan membawa beberapa buah tangan untuk menantunya itu.

"Di kamar Bun. Kata dokternya bener-bener harus bedrest. Takutnya malah flek atau perdarahan yang lebih banyak. Jadi harus bener-bener di tempat tidur." Jelas Eyza membuat Yanti menatap khawatir pada anak lelakinya itu.

"Yang sabar ya bang. Ini namanya juga ujian rumah tangga. Di support istrinya dengan baik. Penuhi segala kebutuhannya selama bedrest. Gak usah mikir kerjaan dulu, biar di pegang Qary sama ayah. Sinna butuh kamu lebih dari siapapun saat ini." Ucap Yanti yang membuat Eyza sadar seketika untuk mengesampingkan segala rasa marahnya pada Sinna, dan mencoba bersikap baik pada Sinna.

"Iya bunda. Insyaallah Eyza di rumah dulu sementara nemenin Sinna. Nanti paling ke toko kalau memang Qary atau ayah butuh bantuan Eyza. Makasih ya Bun sudah datang kesini, repot-repot bawa banyak makanan gini."

"Hush ngawur kamu. Gak ada orangtua yang repot buat jengukin anaknya. Apalagi keadaannya lagi gak baik. Bunda tuh sampai ga bisa tidur denger kabar dari kamu. Semoga calon janinnya kuat ya bang. Bisa bertahan sesuai doa kita." Ucap Yanti penuh harap membuat Eyza semakin memperbanyak doa dalam hatinya.

"Aamiin bunda."

"Tapi inget, sisakan ruang untuk menerima ketetapan Allah yang paling buruk. Jangan sekali-kali kamu nyalahin Sinna, karena Sinna orang yang paling bahagia atau bisa jadi orang yang paling terluka jika keadaannya memburuk. Siapkan hati kamu, tunjukkan sikap terbaik sebagai seorang suami di depan Sinna ya bang." Terang Yanti sekali lagi mengingatkan Eyza.

Obrolan anak dan ibu itu terhenti sejenak. Widya baru saja keluar dari kamar Sinna dan melihat sudah ada Yanti yang tengah berbincang dengan Eyza sambil berdiri.

"Le, kok ngobrol sama bundanya berdiri. Ayo bundanya di suruh duduk biar ibu buatkan minum dulu." Ucap Widya tak enak pada Yanti yang langsung mendapat tolakan halus dari Yanti.

"Ndak usah mbak. Saya mau lihat Sinna dulu. Udah gak usah repot-repot bikin minum. Nanti kalau saya harus, biar minta tolong Eyza yang buatkan. Saya tahu mba juga capek habis jagain Sinna dari kemarin."

"Halah repot apa tho mba. Barang buat teh mung tinggal cemplang-cemplung jadi. Silahkan masuk ke kamar aja mba. Saya baru selesai nyuapin Sinna. Bentar lagi jatahnya Eyza nyiapin vitamin-vitaminnya. Saya sudah tua, takut keleru ngasih vitaminnya." Jelas Widya membuat Yanti sedikit tertawa.

"Namanya juga orangtua, banyak pikunnya ya mbak." Jawab Yanti sambil terkekeh.

Eyza masuk bersama Yanti ke dalam kamar Sinna. Sementara Widya melenggang ke dapur untuk tetap membuatkan minuman untuk menyuguhi besannya tersebut. Beberapa makanan yang Yanti bawa juga Widya pindahkan ke dalam beberapa piring untuk nanti dimakan bersama.

***

"Assalamualaikum sayangnya bunda." Ucap Yanti menyapa Sinna yang tengah terbaring dengan wajah sedikit pucat.

Sinna refleks ingin mendudukkan diri hingga ditahan oleh Yanti. "Eh gak usah duduk gapapa mbak."

"Waalaikumsalam bunda. Maaf ya Sinna gak tahu bunda datang. Gak bisa keluar juga nemuin bunda." Ucap Sinna dengan tatapan sedih.

"Gapapa sayang. Wajar namanya juga masih harus bedrest. Semoga calon cucu bunda kuat dan mau bertahan sama mamanya ya." Ucap Yanti penuh harap membuat hati Sinna semakin meringis.

"Jangan sedih ya mbak. Insyaallah semuanya baik-baik saja. Apapun yang Allah takdirkan terjadi di hidup mbak itu sudah ada catatannya sendiri di sisi Allah. Baik buruknya diterima dengan legowo ya mba. Bunda akan selalu nemenin segala proses yang mbak lalui. Apapun yang terjadi bunda akan berusaha untuk tidak menghakimi salah satu diantara kalian." Imbuh Yanti lembut membuat Sinna sedikit merasa lega. Sinna melirik ke arah Eyza yang kini di balas dengan senyuman membuat Sinna sedikit terbebas dari rasa bersalahnya.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang