Bab 46

1.1K 124 26
                                    

Si Biyya nan gemas, pencuri hati seluruh keluarga kini telah tumbuh menjadi batita cantik dengan segala tingkah dan keaktifannya. Cukup mengejutkan, karena putri kecil Eyza ini justru lebih menempel pada Qary ketimbang kedua orangtuanya. Biyya selalu merengek meminta ikut Qary, jika Qary tengah menyempatkan main di rumah Eyza ataupun saat keluarga Eyza menginap di rumah Arno.

"Biyya kenapa sedih nak?" Tanya Sinna yang baru selesai mengenakan setelan kebaya yang sudah ditentukan menjadi seragam keluarga Arno.

"Oom mau pelgi dali lumah opa ya." Begitulah ucapan Biyya yang terdengar sangat gemas bagi Sinna.

Hari ini adalah hari pernikahan Qary dan Dilla, setelah hampir empat tahun menjalin kedekatan. Sejak kemarin, Eyza terus menjahili anaknya. Mengatakan jika Qary tak akan lagi bertemu dengan Biyya karena akan pindah ke rumah Dilla. Jadilah Biyya merengek dan mengikuti Qary kemanapun ia pergi, sejak Sinna memutuskan menginap di rumah Arno seminggu yang lalu.

"Enggak dong, nanti oom tetap main kesini nyamperin Biyya. Nanti Biyya juga boleh menginap di rumah onty Dilla." Jawab Sinna sambil duduk di tepi ranjang, agar jaraknya dengan Biyya tak terlalu jauh.

"Benel mama?" Tanyanya lagi.

"Iya dong, oom kan sayang sama Biyya." Ucap Sinna lagi sambil mengusap rambut anaknya, yang sudah ia kuncir sedemikan rupa menambah kegemasan pada dirinya.

"Tapi kata ayah, oom nda mau lagi main sama Biyya." Benar saja, Eyza memang minta dirujak oleh Sinna. Bisa-bisanya anaknya terus saja dikerjai hingga berpikiran macam-macam dan terus merengek dari kemarin.

"Ayah cuma bercanda sayang. Jangan dengerin ayah ya Biyya." Ucap Sinna yang kini berhasil membuat rengekan Biyya mereda.

"Aduduh anak cantiknya ayah, yang mau ditinggal om Qary pergi." Celetuk Eyza yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya, melihat Biyya masih berada dalam pelukan Sinna.

"Ayah bohong. Wlee." Jawab Biyya sambil melepaskan diri dari Sinna.

"Eh, gak percaya sama ayah. Habis ini ayah, mama, akung, sama uti bakal nganterin om Qary ke rumah onti Dilla. Jadi Biyya gak bisa main sama om Qary lagi." Ledek Eyza yang tentu mendapatkan pelototan dari Sinna. Sekuat tenaga Sinna menahan diri untuk tidak mengumpati suaminya itu.

"Egak. Kata mama, Biyya boleh bobo tempat onti. Wle." Balas Biyya tak terpengaruh dengan omongan Eyza.

"Ya udah sana. Biar ayah sama mama cari anak baru." Ucap eyza lagi.

"Huwaaaa. Ayah jahat. Ayah jahat." Sinna menghela nafasnya kasar. Ia sangat kesal dengan kejahilan Eyza pada Biyya yang sebenarnya hanya untuk menggoda putrinya itu.

"Udah ya sayang. Jangan nangis, nanti bedaknya hilang lho dari wajah Biyya. Nanti kita ganti ayah yang baru ya nak, yang gak jahat seperti ayah Eyza." Ucap Sinna berusaha menenangkan Biyya dalam pangkuannya.

"Mama!" Protes Eyza tak terima yang hanya dibalas juluran lidah Sinna untuk meledek Eyza.

***

"Duh kok sayangnya oom diam aja sih?" Tanya Qary yang sedang memangku Biyya di dalam mobil menuju tempat acara pernikahannya dengan Dilla.

"Kayak gatau ayahnya Biyya aja kamu Ry." Balas Sinna sambil melirik Eyza yang sedang menyetir mobil di sampingnya.

"Abang kenapa sih suka banget jahilin Biyya." Protes Qary pada Eyza yang tak terlalu Eyza tanggapi.

"Abang siapa oom?" Tanya Biyya polos sambil menatap wajah Qary.

Salahkan Qary saat ini karena salah menyebut Eyza di depan Biyya. Padahal sudah Sinna wanti-wanti agar tetap memanggil ayah di depan Biyya. Karena saat Biyya berusia dua tahun ia sempat memanggil Sinna dengan sebutan mbak, karena terbiasa mendengar yang lain memanggilnya seperti itu.

Ruko BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang