Setelah 3 hari berada di rumah sakit kini Eyza membawa Sinna untuk kembali ke rumah. Sinna merasa aneh karena jalan yang ia lalui berbeda dari biasanya, entah kemana Eyza akan membawa dirinya. Sementara Eyza hari ini dihinggapi perasaan bahagia karena Sinna sudah pulih kembali. Meski sedikit terganggu karena Qary berad diantara Eyza dan Sinna.
"Bang kok Lo muter-muter sih jalannya?" Tanya Qary yang sama pikirannya dengan sini.
"Kalau berisik turun Ry." Balas Eyza mengancam Qary.
"Gue cuma tanya, ini kenapa jadi lama banget gak sampai-sampai." Tanya Qary sekali lagi yang diikuti oleh Sinna.
"Iya ih bang. Kenapa jadi muter-muter gini jalan ke rumah."
"Gapapa sayang. Kita jalan-jalan dulu." Ucap Eyza lembut sambil mengusap kepala Sinna.
"Dih amit-amit. Giliran sama mbak Sinna sok lembut Lo." Ucap Qary yang hampir mual melihat tingkah Eyza. "Jijik tahu gak!"
"Emang ada gue nyuruh Lo satu mobil sama gue? Lo yang minta kan? Udah gue tawarin buat pesenin Lo ojol tapi Lo gak mau." Jawab Eyza santai menyalahkan Qary.
Dasar kakak gak tahu diri. Untung gue Dateng bawa mobil. Malah gue yang mau diusir dari sini.
"Iya paduka. Maafkan hambamu ini yang terlalu cerewet." Ucap Qary sambil membungkukkan tubuhnya membuat Sinna tertawa.
"Udah ih bang kasihan Qary. Kalau gak ada Qary kita juga harus cari taksi online. Makasih ya bokem kesayangan mbak Sinna."
"Huek. Cukup mbak Sinna gue mual. Udah jadi diri Lo sendiri aja, jangan kayak gitu. Gue aneh lihatnya." Ucap Qary benar-benar mual melihat kelakuan Eyza dan Sinna yang sangat bertolak belakang.
"Yang sopan Qary sama mbak mu." Peringat Eyza dengan nada dingin.
"Oh iya paduka, maafkan hambamu sekali lagi karena berlaku tidak sopan pada permaisurimu." Balas Qary sekali lagi membuat Sinna semakin terbahak.
"Hahahaha. Aduh aduh perut aku sakit bang." Ucap Sinna merintih membuat Eyza menatap tajam ke arah Qary.
"Cukup bercandanya." Tegas Eyza.
***
"Hallo ayah." Ucap Qary mengangkat telfon dari Arno.
"Kamu dimana Abqary kenapa gak sampai-sampai? Kamu gak jadi jemput Abang ya?"
"Stop Arno. Jangan nyerocos terus. Ini anak dan mantumu udah ada semobil sama Qary. Curigaan amat sih." Jawab Qary kesal pada ayahnya.
"Heh anak kurang ajar. Seenak jidat manggil nama orangtua pakai nama. Mana ngomongnya pakai nada tinggi lagi." Jawab Arno tak kalah emosi dengan Qary.
Astaghfirullah. Ya Allah. Ampuni Qary si serba salah ini ya Allah.
"Mohon maaf beribu maaf bapak Arno Mahardika. Saya tidak sengaja memanggil bapak dengan nama, mohon kiranya saya di maafkan. Saya loud speaker ya biar bapak bisa mengobrol langsung dengan paduka Eyza." Ucap Qary membuat Arno terkekeh dibuatnya.
"Becanda kali Ry. Serius amat." Jawab Arno sambil terkekeh. "Mana abangmu kok gak kelihatan?"
"Astaghfirullah ayah. Ini kan telepon biasa bukan panggilan video. Qary lempar ya hp ayah." Kesal Qary diikuti tawa kecil oleh Sinna.
"Dasar Abqary baperan Mahardika."
"Bapak berani ya ganti-ganti nama saya sembarangan. Gak sopan tahu gak." Protes Qary tak terima.
"Gue bapak Lo Abqary. Astaghfirullah. Mana abangmu, jadi gak selesai-selesai kalau ngobrolnya sama kamu."
"Gimana yah?" Tanya Eyza mengambil alih pembicaraan.